Beranda » Sepi Pembeli, Pedagang di Terminal Purworejo Menjerit, Kadin Perhubungan Sampaikan Ini

Sepi Pembeli, Pedagang di Terminal Purworejo Menjerit, Kadin Perhubungan Sampaikan Ini

PURWOREJO, Setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 3 Januari lalu, Terminal Tipe A Purworejo kini telah beroperasi. Seiring dengan mulai masuknya bus antar kota antar provinsi (AKAP) ke dalam terminal sekitar awal Februari, agen bus serta kios makanan dan minuman pun mulai beroperasi. Namun sayang, sejak mulai berjualan tepatnya pada tanggal 12 Februari hingga kini, para pedagang mengeluh jualannya sepi. Bahkan banyak barang yang kadaluwarsa. Salah satu faktor yakni karena letak kios mereka yang berada di lantai 2 terminal, bersama dengan loket agen bus.

Seperti dituturkan oleh salah satu pedagang, Nur (63) kepada Purworejo News. Nur yang mewakili 20 pedagang makanan minuman yang berada di lantai 2 terminal menceritakan, sejak mulai berjalan hingga kini dalam sehari omsetnya tak sampai Rp 100 ribu, bahkan sering tak satupun ada pembeli yang mampir.

Padahal saat berjualan di terminal lama, selain bisa mendapatkan dua kios, setiap hari Nur bisa mengumpulkan uang berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 700 ribu. Itupun masa “panennya” hanya di jam keberangkatan bus sekitar pukul 14.00 hingga 16.00.

“Sekarang untuk dapat Rp 100 ribu dalam sehari susahnya minta ampun. Bahkan sering tidak laku,  banyak barang dagangan kami yang kadaluwarsa. Ya kami paham mungkin pembeli yang sebagian besar calon penumpang bus, malas naik ke lantai 2 hanya untuk membeli air mineral atau jajanan,” keluh Nur.

Satu hal lagi yang dikeluhkan, yakni keberadaan lima kios yang konon akan digunakan untuk show room produk-produk UMKM unggulan hingga kini belum juga beroperasi. Padahal selain lebih luas dari kios yang berada di lantai 2, kios yang berada di lantai 1 itu juga belum jelas kapan akan dipakai.

Terminal tipe A yang diresmikan Presiden Jokowi


“Kami cuma minta keadilan. Kami berjualan di lantai 2, tidak ada penumpang yang mau naik ke atas. Sementara lima kios yang di bawah sampai sekarang belum ada yang menempati dan membuka. Mbok kalau bisa kami manfaatkan. Saat ini kami sangat menderita. Jualan gak laku, dagangan-dagangan kami semua rusak dan kaladuwarsa,” kata Nur sambil menahan tangis.

Ditambahkannya, dulu ia mendapat dua kios berukuran besar, yakni 4×6 m. Sedangkan sekarang cuma 2,5×2 m. “Barang-barang sebagian besar sudah kami lelang, sebagian lagi masih numpuk di terminal lama. Kami mengalami kerugian sangat besar,” tutur Nur.

Hal senada disampaikan oleh Siti yang juga mengalami nasib serupa dengan Nur. Menurutnya, kalau agen tiket berada di lantai 2 masih wajar, karena pasti akan tetap dicari atau dibutuhkan oleh calon penumpang. “Tapi kalau makanan dan minuman seperti yang kami jual ini, penumpang banyak yang pilih beli di luar terminal,” katanya.

Nur mengaku, pihaknya sudah sering menyampaikan hal tersebut kepada pengelola terminal, namun tidak mendapatkan jawaban sebagai solusi. “Kami sudah capek. Setiap kami usul dan setiap diadakan pertemuan selalu gagal total. Tidak ada solusi untuk kesejahteraan kami. Jadi kami harus minta keadilan kemana?” tanya Nur dengan nada putus asa.

Menanggapi hal tersebut, Kadin Perhubungan Kabupaten Purworejo Fithri Edie memberikan jawaban bahwa permasalahan tersebut bukanlah ranahnya. Disebutkan, keseluruhan aset terminal tipe A berpindah ke terminal tipe A yang saat ini ditempati. Maka kios tersebut menjadi aset Pemerintah Pusat sesuai kewenangan terminal tersebut.

Kadinhub Fithri Edhie

“Jadi pembagian kios dahulu juga penempatan dan tata kelolanya bukan kewenangannya Pemerintah Kabupaten Purworejo, melainkan Kementerian Perhubungan atau Pemerintah Pusat. Kabupaten tidak ada kewenangan mengelola Terminal Tipe A dan B. Kami hanya di terminal tipe C saja yakni  Terminal Purwodadi dan Kongsi,” kata Fithri.

Dirinya pun menganalogikan, seperti halnya ketika jalan provinsi mengalami kerusakan, maka yang wajib memelihara aspal dan lain-lain adalah pemprov. “Kalau pemkab ya merawat jalan kabupaten dan poros desa misalnya. Jadi tidak bisa diurusi semuanya. Demikian pula dengan terminal. Di terminal tipe A Purworejo ini adalah hanya UPT, maka pasti kalau tata kelola dan lain-lain ya mereka akan laporan ke atas,” kata Fithri.

Ia pun menyarankan para pedagang untuk menyampaikan hal tersebut kepada anggota dewan. Adapun Ketua Komisi 3 DPRD Kabupaten Purworejo Eko Januar Susanto pun turut menanggapi persoalan tersebut. Ia bahkan mengaku belum mengetahui adanya permasalahan itu.

“Saya turut prihatin dengan adanya permasalahan tersebut. Silakan kepada ketua paguyuban pedagang terminal untuk bersurat kepada Ketua DPRD Purworejo. Nanti akan difasilitasi oleh Ketua dan akan dibahas pada rapat paripurna serta dijembatani oleh komisi terkait,” saran Eko Januar memberikan solusi. (Dia)

Loading

2 thoughts on “Sepi Pembeli, Pedagang di Terminal Purworejo Menjerit, Kadin Perhubungan Sampaikan Ini

  1. ya,itu betul kata bu nur semua dagangan rusak sehari belum tentu laku dagangananya apalagi ini mau lebaran sales pada datang kan kasihan dagangannya rusak semua, sumber pangan kami kan diterminal kalo keadaan terus kami mau membiayaianak anak kami gimanaapalagi sekarang cari kerja susahanak anak masih kecil tolong suara kami di dengar lah…kalo bisa kioa makanan dibawah kalo yg diatas itu agen saja nggak apa2

    1. Kayanya para pedagang musti lbh inofatif deh..
      Mgkn dengan tidak hanya mengandalkan pembeli dari penumpang bis aja..
      Terminal bisa saja dijadikan tempat nongkrong dgn tema coffee shop atau yg lain yg sasarannya kawula muda. Tp dgn ijin pejabat yg berwenang tentunya… Dan itu jg bisa mnguntungkan pihak terminal dgn cara memungut biaya parkir bagi para pengunjung. Sy rasa itu akan aman sekalipun dibuka dlm 24 jam mengingat deseberangnya ada kantor Polres..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *