Beranda » 12 Hari Ikut Jambore Dunia, Zayana Fathania Ceritakan Pengalamannya

12 Hari Ikut Jambore Dunia, Zayana Fathania Ceritakan Pengalamannya

PURWOREJO,  Satu-satunya wakil Purworejo yang mengikuti Jambore Dunia di Korea Selatan yakni Zayana Fathania, siswa kelas 9F SMPN 2, telah kembali. Saat ditemui pada Sabtu (19/8) di sekolahnya, muka Zayana tampak lebih hitam dari sebelumnya. Kepada Purworejo News, Zayana pun menceritakan suka dukanya mengikuti kegiatan yang diikuti lebih dari 43 ribu peserta dari 158 negara tersebut.

Saat tiba di lokasi perkemahan, para peserta mendirikan tenda. Mereka dibekali cangkul, gerobak untuk mengambil makanan, meja dan kursi. Sedangkan peralatan yang dibawa sendiri yakni sleeping bag, bantal tiup, peralatan makan dan tali Pramuka.

Sebagai satu dari 1.569 peserta Indonesia, Zayana merasakan panasnya cuaca yang ekstrim di lokasi perkemahan Sae Man-Geum, Korea Selatan. Belum lagi lokasi perkemahan yang berada di dekat pantai.

Selain itu, untuk mengikuti kegiatan para peserta harus berjalan selama tiga jam pulang pergi. Hal itu karena lokasi kegiatan yang jauh dari perkemahan. Itu dilakukan selama tujuh hari berada di perkemahan. Maka lengkap sudah proses “penggosongan” kulit Zayana.

“Saking panasnya sampai pusing, kulit juga terasa perih, padahal sudah pakai sun block. Malah sabun cair yang tadinya kental jadi cair,” ungkap Zayana. Itulah sebabnya dirinya hanya masuk tenda pada pagi hari dan saat sore.

Bahkan suhu udara pernah mencapai 38°C, yakni pada tanggal 4 Agustus atau hari keempat saat berada di perkemahan. Akibatnya panitia membatalkan kegiatan di hari itu.

Zayana bersama peserta jambore dari berbagai daerah dan negara

Karena mendapatkan komplain dari para peserta, menurut Zayana, panitia akhirnya menyediakan cooling bus. Yakni bus pendingin yang bisa digunakan peserta untuk “ngadem”.

“Dari luar panas banget. Waktu masuk bus rasanya adem. Saya malah sampai ketiduran saking nyamannya,” ujar Zayana. Selain cooling bus, panitia juga mulai menyediakan tempat berteduh di halte.

“Mulai tanggal 5 Agustus kami juga diberi es krim gratis. Itu setelah para peserta komplain kepada panitia terkait fasilitas,” jelas Zayana. Hal lain yang membuat kegiatan terkesan kacau menurutnya, yakni minimnya panitia yang mengerti Bahasa Inggris dalam berkomunikasi.

Iapun menceritakan bahwa untuk berkomunikasi dengan para peserta, panitia membutuhkan penterjemah. Namun seringkali sang penterjemah salah mengartikan sehingga terjadi miskomunikasi.

“Misalnya terkait transportasi, bus yang harusnya bisa buat peserta tapi oleh panitia bus tersebut tidak bisa dipakai karena katanya hanya untuk panitia,” keluhnya. Bahkan saat menjelang opening ceremony para peserta sempat dibuat pusing oleh panitia.

Hal itu karena panitia membuat rute yang berbelok-belok melewati tenda negara lain. Padahal sebenarnya bisa langsung lurus ke lokasi. “Ya karena miskomunikasi itu,” imbuhnya. Selain itu juga saat panitia mengumumkan peserta kumpul pukul 06.30 tapi bus baru datang pukul 13.00.

Pengalaman lainnya, kata Zayana, yakni saat Korea dilanda topan Khanun pada tanggal 8 Agustus. Sehari sebelum topan melanda, para peserta dari Indonesia sudah diungsikan ke asrama mahasiswa di Won Kwang University.

Zayana dan guru Pramuka SMPN 2

Menurutnya, topan badai itu memang mengerikan. “Saya kira itu cuma isu saja. Tapi begitu saya melihat topan itu, benar-benar ada. Saya belum pernah melihat topan sedahsyat itu,” ujar Zayana. Selama empat hari hingga penutupan jambore peserta berada di asrama.

Zanaya menuturkan, menjadi anggota jambore dunia melatihnya untuk sabar dalam banyak hal.   Antara lain sabar menunggu transportasi dan ransum makan. “Sabar menunggu makanan yang halal karena terbatas,” tuturnya.

Makan siang, katanya, berupa kue seperti monde. Peserta pun harus masak dua kali yakni pagi dan sore. Untuk minum, para peserta disediakan jerigen yang airnya bisa diambil dari kran dekat toilet berupa kontainer. Urusan sholat pun, Zayana sering menjamak karena lokasi mushola yang jauh dari perkemahan.

“Jarak dari tenda ke kontainer sekitar 300 meter. Saya pernah menahan pipis sekitar pukul 02.00 dini hari sampai pagi,” tutur Zayana. Pengalaman lainnya, selama 12 hari di Korea, Zayana baru dua kali makan nasi. Sisanya, makanan roti seperti canay, prata, taco, dan juga bibimbab atau nasi campur Korea.

Selain bisa berkunjung ke kerajaan yang ada di Korea seperti Gyeongbokgung, Myeong-dong, dan Dongdaemun, Zayana juga senang mendapat 26 bagde dari 15 negara. Bagde itu dikumpulkan dari setiap kegiatan.

“Serunya bisa ketemu dengan berbagai peserta dari negara lain. Juga barter bagde dan punya akses dengan banyak teman. Kalau ada kesempatan lagi, saya ingin kembali ikut,” pungkas Zayana. (Dia)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *