Beranda » Petani Gurem di Purworejo Alami Peningkatan 11 Persen, Urban Framing Hanya 33 UTP

Petani Gurem di Purworejo Alami Peningkatan 11 Persen, Urban Framing Hanya 33 UTP

PURWOREJO, Sensus Pertanian 2023 yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo menyebutkan, jumlah petani gurem mencapai 131.568 orang dari 153.564 petani pengguna lahan. Menurut Ketua Pelaksana Sensus Pertanian BPS Kabupaten Purworejo, Esti Prabaningsih, jumlah petani gurem tersebut mengalami peningkatan sekitar 11% dibanding pelaksanaan sensus pertanian (ST) yang diadakan 10 tahun lalu yakni di tahun 2013.

Saat ditemui Purworejo News di Kantor BPS Purworejo pada Senin (8/1) lalu, Esti menjelaskan, istilah petani gurem yakni mereka yang melakukan usaha pertanian dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektare. Jumlahnya sangat banyak dibanding dengan 154.464 petani pengguna lahan di Kabupaten Purworejo.

Dalam rilis hasil ST 2023 disebutkan, petani gurem terbanyak berada di Kecamatan Bener yakni 14.222 (9, 09%), disusul Kemiri 13.339 (8, 53%), dan Bruno 12.277 (8, 53%). Sedangkan paling sedikit di Kecamatan Bagelen yakni 7.226 (4, 63%).

Dari data tersebut, BPS Purworejo juga merinci jumlah petani milenial yakni yang berusia 19-39 tahun. Jumlahnya sebanyak 21.538 orang atau 13,92% dari total petani. Selain itu, Esti menggarisbawahi bahwa usia petani kini bergeser, kebanyakan sudah berusia tua. Saat ST 10 tahun lalu mereka masih tertolong usia produktif, tetapi pada ST kali ini mereka sudah memasuki usia senja yakni 55 tahun, namun masih tetap bekerja sebagai petani.

Terkait dengan petani milenial ST 2023 disebutkan, dari 21.538 jumlah petani milenial, 10.036 orang diantaranya menggunakan teknologi atau kurang dari 50%. Selain itu ST 2023 juga mensurvei urban farming atau pertanian perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit.

Bentuknya antara lain berupa penanaman melalui metode polibag, hidroponik, dan microgreen dengan memanfaatkan taman kota, atap bangunan, atau ruang tertutup seperti rumah kaca. Berdasarkan survei, di Purworejo jumlahnya tidak banyak, yakni 33 usaha pertanian perorangan (UTP). Terbanyak berasal di Kecamatan Bayan sejumlah delapan UTP.

Kepala BPS Budi Subandriyo

Sedangkan enam Kecamatan tercatat tidak dijumpai adanya aktivitas urban farming. Yakni Ngombol, Bagelen, Kaligesing, Butuh, Kemiri, dan Loano.

Terkait dengan kelanjutan ST 2023 Tahap 1, Esti menjelaskan, akan dilakukan tabulasi data yang dipublikasikan pada bulan Mei. Adapun tabel sudah dari pusat, pihak BPS Purworejo hanya memproses data untuk bisa dikonsumsi publik. Petugasnya pun jauh lebih sedikit dibanding saat pelaksanaan ST 2023 yang jumlahnya sekitar 850-an petugas.

“Kalau jumlah fixednya kami belum bisa menentukan tapi ya sekitar 50 orang. Mereka sudah melakukan tugas di sensus sebelumnya, dipilih berdasarkan track record dari pekerjaan saat ST 2023,” jelas Esti.

Minimnya jumlah petugas kali ini, lanjutnya, karena ini hanya sampel dengan prosentase tidak sampai 10% dengan area sampel yang berbeda atau menyesuaikan. Dengan adanya survei tahap 2 diharapkan para stakeholder dapat mengetahui kondisi pasti perkembangan pertanian di Purworejo. Dengan demikian bisa diambil langkah yang tepat, termasuk upaya untuk mensejahterakan petani, termasuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Purworejo.

Di sisi lain, Kepala BPS Purworejo Budi Subandriyo menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperanserta dalam pelaksanaan Sensus Pertanian di Kabupaten Purworejo.

“Dengan memanfaatkan hasil Sensus Pertanian 2023 secara optimal, diharapkan pengambil kebijakan dapat merancang langkah-langkah konkret yang akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan sektor pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani serta masyarakat secara keseluruhan,” tandasnya. (Dia)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *