Beranda » Wabup Yuli Hastuti Ingin Kembalikan Kejayaan Jeruk Bayan

Wabup Yuli Hastuti Ingin Kembalikan Kejayaan Jeruk Bayan

BAYAN, Kabupaten Purworejo pernah terkenal sebagai sentra produksi buah jeruk, khususnya dari wilayah Kecamatan Bayan. Buah jeruk dari Bayan memiliki kualitas yang baik dan banyak diminati oleh pasar lokal maupun nasional.

Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Purworejo Hj Yuli Hastuti dalam acara sekolah lapang iklim komoditas buah jeruk, di Balai Desa Bringin, Kecamatan Bayan, Jumat (28/7). Hadir Anggota DPR RI komisi V Ir Sujadi, Kepala BMKG Prof Ir Dwikorita Karnawati, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo hadir secara online, anggota DPRD Jateng M Zaenudin, Ketua DPRD Purworejo Dion Agasi Setyabudi, serta Forkopimcam Bayan.

Lebih lanjut  Wabup mengatakan, untuk mengembalikan kejayaan komoditas buah jeruk harus dengan upaya yang maksimal. Salah satunya dengan memahami informasi iklim. Karena pengetahuan dan keterampilan dalam informasi iklim dan perubahan iklim dapat membawa konsekuensi dan dampak positif yang cukup banyak. 

“Karena itu, pelaksanaan SLI komoditas buah jeruk ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petani dalam memanfaatkan informasi iklim, guna melakukan antisipasi dan adaptasi terhadap dampak kejadian iklim ekstrem.” katanya. 

“Para petani agar bisa mempraktekkan dalam kegiatan pertanian komoditas tanaman buah jeruk, serta selalu memanfaatkan informasi iklim dan musim dalam menunjang pola tanam. Sehingga dampak negatif berupa gagal panen atau penurunan produktivitas petani dapat dihindari,” pungkasnya.

Dari kiri Dwikorita, Sudjadi, Yuli Hastuti dan Dion Agasi

Sementara Anggota DPR RI Ir Sujadi mengatakan dan berpesan kepada Wakil Bupati  untuk selalu menyajikan buah jeruk dari Desa Bringin.

“Bagi saya yang penting lewat Ibu Wakil Bupati kalau jamuan atau ada acara harus ada jeruk dari Desa Bringin. Jeruk ini luar biasa, saya selama hidup baru kali ini merasakan jeruk manis sekali. Mengalahkan jeruk dari Thailand,” ujarnya. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan para petani diharapkan dapat menghadapi fenomena cuaca dan iklim beserta perubahannya. Dengan mengetahui lebih dini, petani bisa melakukan perencanaan. 

BMKG memprediksi curah hujan mencapai kondisi yang sangat rendah. Bisa 0 – 20 mm dalam satu bulan. Artinya sangat rendah sehingga membahayakan bagi tanaman yang membutuhkan banyak air. 

“Misalnya sekarang masuk musim kemarau yang kering sudah direncanakan pola tanam yang cocok seperti apa. Tanaman yang tidak membutuhkan banyak air namun dapat bertahan dengan baik. Tahun lalu itu kemaraunya basah tentunya pola penanganannya juga berbeda,” katanya. (Nas)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *