Beranda » Kasus DBD di Purworejo Alami Peningkatan, Terbanyak di Kecamatan Kutoarjo

Kasus DBD di Purworejo Alami Peningkatan, Terbanyak di Kecamatan Kutoarjo

PURWOREJO, Hingga minggu ke-13 di tahun 2024 ini, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Purworejo terus mengalami peningkatan. Hingga saat ini Dinas Kesehatan mencatat ada 572 kasus DBD, terdiri atas 557 demam dengue, dan 15 demam berdarah. Adapun wilayah terbanyak kasus DBD berada di Kecamatan Kutoarjo.

Kadinkes dr Sudarmi melalui Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat (Yankes Kesmas), dr Nursalim menyampaikan hal tersebut saat ditemui pada Rabu (3/4). Angka tersebut, menurut dr Nursalim, mengalami peningkatan dibanding tahun lalu di waktu yang sama.

Lebih lanjut ia menjelaskan gejala DBD. “Yaitu mengalami panas tinggi yang kemudian menurun di hari ketiga. Nah, ini yang perlu diwaspadai karena itu bukan merupakan tanda sembuh tapi justru masuk fase kritis,” ungkap dr Nursalim kepada Purworejo News. Maka bila mengalami gejala tersebut segera berobat ke yankes terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dr Nursalim melanjutkan, DBD disebabkan karena gigitan nyamuk Aedes Aegypti (AA) yang berwarna hitam berbintik putih. “Nyamuk ini memang biasanya berada di kebun atau taman yang akan menggigit pada pagi atau sore hari,” jelasnya.

Meski demikian, nyamuk ini menyukai genangan air bersih untuk bertelur, seperti bak mandi yang jarang dikuras serta pot bunga atau air menggenang di tempat bersih lainnya. Menurut dr Nursalim, dalam tujuh hari nyamuk bertelur. Bila induknya punya bawaan virus DB maka ketika bertelur pun akan menjadi pembawa DB.

Kabid Yankes Kesmas Dinkes Purworejo, dr. Nursalim

Untuk pencegahannya, dr Nursalim menyarankan agar memakai pakaian lengan panjang saat beraktivitas. Hal itu untuk menghindari gigitan nyamuk AA, termasuk juga memakai lotion anti nyamuk. “Selain itu juga berantas penyebabnya dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara kontinyu serta rajin menguras bak mandi, kolam ikan, dan akuarium secara teratur,” imbuhnya.

Selain itu pihak Dinkes juga terus melakukan sosialisasi kesiapsiagaan peningkatan kasus kepada seluruh instansi, termasuk kepala kecamatan, desa/kelurahan, dan sekolah-sekolah mulai PAUD. Pihaknya juga telah melakukan Pencanangan PSN di Kecamatan Kutoarjo sebagai wilayah terbanyak kasus DBD.

Adapun langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk AA. Fogging  telah dilakukan di beberapa tempat di Kecamatan Kutoarjo, Purworejo, dan Pituruh.

“Kami berharap jumlah kasus jangan naik lagi, dan diupayakan turun. Makanya dilakukan melalui lintas sektor termasuk informasi melalui media. Apalagi jangan sampai ada yang meninggal karena kasus DBD,” harap dr Nursalim.

Terkait banyaknya warga yang mengalami gejala muntah, badan lemas, dan pusing seperti penyakit Chikungunya, pihak Dinkes mengaku belum mendapat laporan dari RS yang menangani kasus tersebut. “Kami belum menerima laporan diagnosis dari rumah sakit sehingga kami belum melakukan tindakan,” ungkap dr. Nursalim. (Dia)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *