Beranda » Tangani Bayi Kaki Pengkor, Puluhan Nakes di Purworejo Ikuti Pelatihan Deteksi Dini Clubfoot

Tangani Bayi Kaki Pengkor, Puluhan Nakes di Purworejo Ikuti Pelatihan Deteksi Dini Clubfoot

PURWOREJO, Kaki pengkor atau Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) merupakan suatu kelainan bawaan yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Kaki pengkor bisa ditangani dengan mudah. Apabila terdeteksi secara dini dan keluarga mau memeriksakan secara rutin maka kaki akan kembali normal.

Hal itu disampaikan oleh dokter spesialis orthopedi RS Panti Waluyo Purworejo, dr Ainun Naim, Sp. OT saat menjadi pemateri pada Pelatihan Deteksi Dini dan Alur Rujukan Clubfoot/CTEV bagi Tenaga Kesehatan di Kabupaten Purworejo. Acara yang diadakan di Aula Kantor Dinkes pada Jumat (26/1) itu diikuti puluhan peserta.

Dalam penjelasannya, dr Ainun mengungkapkan, gejala kaki pengkor bisa dideteksi sejak masih dalam kandungan, yakni saat memasuki tri semester kedua atau bulan keenam. Yaitu saat pembentukan organ tubuh termasuk kaki. “Setelah lahir atau maksimal berusia satu tahun dilakukan penanganan secara rutin setiap minggu di-gips dan pakai sepatu khusus sampai usia empat tahun. Pada empat bulan pertama sepatu dipakai fullday. Setelah itu cukup pada saat siang atau malam saat istirahat atau tidur,” paparnya.

Bila rutin periksa maka kaki bengkok akan sembuh. Meski begitu mereka yang berusia di atas satu tahun juga tetap bisa ditangani, tapi kendalanya anak akan susah jongkok. “Padahal kalau orang Indonesia kan senengnya jongkok, lain dengan orang luar negeri senengnya duduk,” imbuhnya. Selain itu bagi mereka yang sudah dewasa tetap bisa ditangani tetapi koreksinya tidak hanya otot, melainkan juga tulangnya yang harus dibentuk kembali.

Adapun Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinkes, dr. Budi Susanti menjelaskan, rasio penderita clubfoot terjadi satu hingga dua kasus setiap 1.000 kelahiran. “Jadi kalau rata-rata kelahiran di Purworejo setahun ada 8.000 sampai 9.000, ya ada sekitar 10 bayi penderita clubfoot,” beber dr. Santi.

dr Ainun Naim yang menangani clubfoot di RS Panti Waluyo

Dengan deteksi dini, bayi clubfoot dapat langsung ditangani sehingga pada saat usianya empat tahun bisa normal berjalan seperti anak-anak lainnya. Mereka di-gips dan diberi sepatu khusus. “Kalau yang operasi dan pemasangan gips ter-cover BPJS, tapi kalau sepatunya ini dibantu dari badan amal Miracle Feet yang menangani masalah fisik,” imbuhnya.

Santi berharap melalui pelatihan ini nantinya jumlah disabilitas di Purworejo sekitar 7.000 orang tidak bertambah. Mereka berasal dari berbagai usia dengan penyebab yang beragam.

Di sisi lain, penanggungjawab program penanganan clubfoot dari Miracle Feet, Silvia Laurent menyampaikan, sejak tahun 2021 pihaknya bekerja sama dengan Yakkum untuk menangani masalah fisik pada difabel. Miracle Feet yang berbasis di Amerika menangani masalah clubfoot secara terintegrasi dan tuntas dengan memberikan sepatu khusus secara gratis.

Di Purworejo, sampai saat ini ada lima pasien yang dibantu secara intens karena mereka harus sering berganti sepatu sesuai dengan pertumbuhannya. Syaratnya, pasien sudah mendapatkan penanganan termasuk operasi dan gips dan memperoleh rujukan dari Rumah Sakit Panti Waluyo sebagai mitra.

Silvia berharap Miracle Feet dapat mengentaskan minimal 70% anak-anak clubfoot, termasuk di Purworejo. (Dia)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *