Beranda » Purworejo Punya 21.538 Petani Milenial, BPS Lakukan Sensus Pertanian 10 Tahun Sekali

Purworejo Punya 21.538 Petani Milenial, BPS Lakukan Sensus Pertanian 10 Tahun Sekali

PURWOREJO, Dari 154.674 petani yang ada di Kabupaten Purworejo, sebanyak 13,92 % atau 21.538 orang diantaranya merupakan petani milenial yang berusia antara 19-37 tahun. Paling banyak, yakni 9.099 petani milenial diantaranya berada di Kecamatan Grabag diikuti Kemiri sebanyak 8.989, dan Pituruh 8.863 orang. Namun tak semua petani milenial tersebut hanya sebagian saja, tepatnya 10.036 orang yang menggunakan teknologi.

Data tersebut disampaikan oleh Ketua Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, Budi Subandriyo saat menjadi pemateri inti pada acara Diseminasi Hasil Sensus Pertanian Tahun 2023 Tahap 1. Acara yang diadakan di Aula Hotel Sanjaya pada Selasa (12/12) itu diikuti oleh para camat, stakeholder terkait, akademisi, dan sejumlah media.

Terkait dengan hasil sensus tersebut, Budi menyebutkan hall ini menjadi tantangan, termasuk untuk dinas terkait untuk memberdayakan SDM tersebut secara maksimal. Selain itu juga sebagai evaluasi, seperti halnya fungsi dari data yang diperoleh berdasarkan sensus.

Meski begitu Budi menyampaikan bahwa toleransi data sering terjadi dan itu menjadi hal biasa. “Termasuk sensus pertanian yang dilakukan setiap 10 tahun sekali. Publikasi ini merupakan tahap pertama, sedangkan tahap kedua akan dirilis bulan April tahun 2024,” lanjutnya.

Budi menambahkan, Sensus Pertanian Tahun 2023 Tahap 1 yang dilakukan BPS Kabupaten Purworejo merupakan yang tercepat, dilakukan di bulan Juni Juli dan dipublikasikan di tahun ini juga. Hal tersebut menjadi prestasi yang luar biasa. “Total ada 1.085 petugas yang diterjunkan di 16 kecamatan dan 494 desa dengan dana lebih dari Rp 8 miliar,” ungkap Budi.

Diseminasi hasil sensus pertanian yan diadakan BPS Purworejo

Pembicara lain, Kadin Kominfostasandi Yudhie Agung Prihatno antara lain menyampaikan prinsip satu data dibutuhkan dengan tujuan untuk memenuhi standar data, memiliki metadata, memenuhi kaidah interoperabilitas data, dan menggunakan kode referensi data.

Dilanjutkannya, BPS merupakan pembina data, sedangkan DinKominfostasandi sebagai wali data yang mempublikasikan hasil olahan data.
Selanjutnya ada produsen data yang memanfaatkan data sesuai dengan kepentingannya. Selain itu Kominfostasandi juga sebagai wali data pendukung sesuai OPD-nya.

Yudhie mengakui bahwa kondisi data di Purworejo masih belum ideal, termasuk metadatanya. Juga karena SDM terbatas dan lemahnya koordinasi perangkat desa. Yudhie berharap data saling terintegrasi sehingga bisa diakses, dan terstruktur serta terbuka.

” Jadi ada big data yang bisa dipertanggungjawabkan. Kami sudah melakukan rencana pembuatan big data hingga februari dan bisa segera direalisasikan. Ini penting karena data berperan untuk perencanaan, penetapan, pengendalian dan evaluasi pembangunan. Forum satu data diharapkan dapat menyelesaikan masalah sehingga menjadi single data,” tandas Yudhie.


Adapun pemateri lainnya, Kadin KPP Hadi Sadsila antara lain menyebutkan bahwa banyak petani di Purworejo berusia di atas 50 tahun dengan jenjang pendidikan rendah. Meski begitu ia berharap sebagai lumbung padi Purworejo harusnya bisa jadi lumbung pangan nasional.

“Purworejo Punya program unggulan pertanian yakni Tani Rejo Joyo yang harus tercapai di tahun 2026, berupa modernisasi alat-alat mesin pertanian yang sudah dilakukan saat Wamentan datang ke sini. Juga PPL dan subsidi pupuk untuk petani Purworejo,” ungkapnya. (Dia)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *