Beranda » 3 Siswanya Tewas Tenggelam, Murid dan Guru SDN Jati Kecamatan Bener Melayat di 3 Tempat

3 Siswanya Tewas Tenggelam, Murid dan Guru SDN Jati Kecamatan Bener Melayat di 3 Tempat

BENER, Tiga siswa SDN Jati Kecamatan Bener tewas tenggelam saat mandi di Sungai Kedung Curug pada Senin (4/12) siang sepulang sekolah. Ketika bocah malang tersebut yakni Muhammad Ramdani (9), Nahla Cetha Aprillio (9) dan Mufid Khoirul Naja (11). Jenasah ketiga bocah malang tersebut telah berhasil ditemukan tim gabungan pada Senin malam.

Pada Selasa (5/12) pagi, seluruh guru dan murid SDN Jati melayat ke rumah duka. Suasana sekolah pada Selasa pagi pun sepi, pintu gerbang tertutup rapat. Salah seorang guru yang ditemui Purworejo News yakni Ambyah, guru kelas 1 SDN Jati menuturkan, pagi hari anak-anak masuk sekolah kemudian melayat ke rumah duka ketiga teman mereka yang mengalami musibah.

Ambyah menyebutkan, Ramdani dan Nahla tercatat sebagai siswa kelas 3. Adapun Mufid kelas 5. “Sebagian siswa kelas 3 dibagi dua, yakni ke rumah Ramdani dan Nahla, lalu ditambah siswa kelas 4 ke Ramdani. Kemudian kelas 6 ke rumah Nahla,” jelas Ambyah terkait pembagian lokasi takziah.

Demikian pula dengan para guru. Mereka bergiliran melayat ke rumah duka yang lokasinya berada di dua dusun. Almarhum Ramdani dan Mufid di Dusun Kembangan Kidul, sedangkan Nahla di Dusun Sawangan yang meeupakan lokasi ketiganya tewas tenggelam. Ketiganya dimakamkan di dua lokasi pemakaman di kedua dusun tersebut.

Ambyah, guru kelas 1 SDN Jati


Ambyah menjelaskan, di sekolah, ketiga anak tersebut merupakan bocah yang pendiam dan tidak banyak tingkah. “Kami merasa berduka dan kehilangan. Kami juga memberikan tali asih kepada ketiga keluarga korban,” ungkap Ambyah.

Dituturkannya, selama ini di desa tersebut belum pernah ada warga yang tenggelam di Sungai Kedung Curug, apalagi sampai tiga orang sekaligus. Hal ini tentu menjadi duka yang mendalam tidak hanya bagi sekolah, tapi juga masyarakat Desa Jati.

Ditambahkan, sebenarnya tanggal 16 Desember nanti pihak sekolah sudah merencanakan akan melakukan kegiatan besar berupa Gelar Karya P5 sebelum pembagian raport. “Tapi karena ada musibah ini, maka kami tunda sampai setelah 40 hari, sebagaimana adat di desa kami ini sebagai bentuk belasungkawa kepada keluarga korban,” jelasnya.

Ditemui di rumah duka, ibu almarhum Nahla yakni Prabayani menuturkan, pada Senin siang sebenarnya anak keduanya itu sedang tidur. “Sekitar pukul 14.00 ada dua temannya yang memanggil dari luar rumah. Saya kira itu Irsyad yang biasanya bermain bersama. Setelah itu Nahla keluar rumah tanpa pamit,” ucap Prabayani sendu.

Ptabayani (duduk), ibu Nahla

Sekitar pukul 16.00, Nahla belum juga pulang, kondisi juga hujan deras. Padahal selama ini Nahla selalu pulang bermain tepat waktu dan selalu pamit. Firasat Prabayani mulai tidak enak. Dalam hujan iapun mencari Nahla dengan mendatangi rumah Irsyad.

Ia terkejut saat mengetahui anaknya tidak di rumah itu dan bahkan diberi tahu Irsyad kalau Nahla bilang mau ciblon (mandi di sungai)”Saya kaget pas tahu Nahla ciblon, padahal Nahla tidak bisa berenang. Kalau tahu dia mau ciblon pasti saya tidak boleh,” sesal Prabayani.

Dirinya pun bergegas ke rumah orang tua Ramdani dan Mufid yang juga sama-sama mencari anaknya. Mereka pun mencari ke sungai dan kemudian mendengar kabar salah satu dari bocah itu yakni Ramdani ditemukan meninggal tenggelam di sungai tak jauh dari lokasi sandal, celana pendek, dan kaos ketiga bocah itu berada.

Selang beberapa jam kemudian, jasad Nahla ditemukan, dan kemudian terakhir Mufid. Ketiganya telah dimakamkan pada Selasa (5/12) dan mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. (Dia)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *