Beranda » Ruwatan Kali Bogowonto Dihelat; Tradisi Puluhan Tahun Penambang Batu Kali di Dukuh Tlepo Loano

Ruwatan Kali Bogowonto Dihelat; Tradisi Puluhan Tahun Penambang Batu Kali di Dukuh Tlepo Loano

LOANO, Setiap penanggalan Jawa 10 Suro, para penambang batu di Sungai Bogowonto yang berada di Dusun Tlepo Desa Loano Kecamatan Loano melakukan ritual ruwatan. Seperti yang dilakukan pada Jumat (28/7) bertepatan dengan 10 Suro, para penambang batu kali melakukan Ruwat (selamatan) di Dusun Tlepo tepatnya di tepi Sungai Bogowonto.

Ribuan warga Desa Loano menyaksikan prosesi larungan tersebut. Mengenakan beskap lengkap dengan blangkon, Camat Loano, Andang Nugera Hantara beserta perangkat Desa Loano turut menyaksikan prosesi larung di tepi Sungai Bogowonto.

Seperangkat sesaji berupa ingkung dan cawisan pucuk tumpeng beserta ube rambe lalu dilarung di sungai Bogowonto. Sesaji itu dibawa oleh tujuh (pitu) orang perwakilan penambang batu kali yang berjalan menuju sungai Bogowonto dengan bertelanjang dada, diiringi alunan gending.

Tujuh orang itu merupakan simbol dari rasa syukur atas pertolongan (pitulungan) yang telah diperoleh warga Dukuh Tlepo. Adapun sesaji yang akan dilarung terlebih dahulu didoakan oleh Kiai Rokib, pemuka agama setempat, termasuk mendoakan para leluhur di Dusun Tlepo.

uberampene yamg dilarung di Sungai Bogoi

Pukul 14.45 WIB prosesi acara yang berjalan singkat itupun selesai, sesuai dengan rencana panitia penyelenggara yakni berakhir sebelum pukul 15.00 WIB. Hal itu karena dalam hitungan Jawa, hari akan berganti setelah pukul 15.00.

Sekdes Loano Erwan Elodilogo kepada Purworejo News menjelaskan, ruwatan Kali (Sungai) Bogowonto merupakan bentuk penghormatan masyarakat kepada alam. “Tradisi ini sudah ada sekitar tahun 1960, merupakan cara masyarakat penambang batu di Kali Bogowonto mewujudkan rasa syukur,” jelas Erwan yang juga dikenal sebagai pemerhati budaya Loano.

Disebutkannya, sesaji yang akan dilarung secara simbolis diletakkan di atas batu bernama Reso Selo Tlepo (RST) yang berarti merawat batu Tlepo. Saat ini menurut Erwan, masih ada sekitar 30 orang penambang batu yang menggantungkan hidup dari hasil tambang Sungai Bogowonto. Mereka merupakan generasi ketiga dari keturunan penambang batu pertama di desa itu.

Adapun ketua panitia Festival Bogowonto, Sapto Mangrove menjelaskan, ruwatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan rasa syukur atas karunia berupa limpahan batu kali di Desa Loano. “Hikmah dari ruwatan ini yakni boleh mengambil hasil sungai tapi tidak boleh merusaknya,” jelas Sapto.

Erwan Elodilogo (kiri) dan Sapto Mangrove (kanan)

Ia menuturkan, Festival Bogowonto memiliki berbagai kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Yakni Gelaring Suroso Mbelik Gondang Sura (18/7) di Desa Kalijambe yang dilanjutkan dengan Kungkum Siji Sura di Dusun Tempuranmas.

Ada juga Santri Kali (20/7) di Pendapa Singgelapura, Belajar Untuk Berkawan Ular (22/7) di Area Kantor Desa Loano, Sayembara Seni Pencak Silat Toya Singgelapura (23/7 ) di
Dusun Tempuranmas, dan Bedah Buku Babad Loawo serta KedungKebo (25/7) di Pendapa Singgelapura dan situs-situs sejarah Desa Loano.

Selain itu Festival Bogowonto juga menggelar Workshop Pembenihan Ikan Lokal Khas Bogowonto (26/7) di Pendapa Singgelapura serta pembibitan dan penanaman pohon konservasi (27/7) di SMP 25.

“Ruwat Kali Bogowonto ini terselenggara atas kerjasama dengan mahasiswa UMP yang mendapatkan Hibah Program Pengabdian Masyarakat dari Mendikbudristek Tahun 2023. Juga siswa SMK TI Kartika Cendikia,” jelas Sapto.

Ruwat Kali Bogowonto juga dirangkai dengan pawai budaya berupa kirab serta pertunjukan seni dan dimeriahkan oleh drumband dari SMPN 25. (Dia)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *