Beranda » SMAN 7 Purworejo Jadi Sekolah Cagar Budaya Nasional, Wakil Ketua DPRD Kelik Susilo Ardani Ceritakan Kronologinya

SMAN 7 Purworejo Jadi Sekolah Cagar Budaya Nasional, Wakil Ketua DPRD Kelik Susilo Ardani Ceritakan Kronologinya

PURWOREJO, Setelah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan, akhirnya bangunan yang ada di SMAN 7 Purworejo ditetapkan sebagai Sekolah Cagar Budaya Nasional. Penetapan tersebut tertuang dalam SK yang diserahkan dari pihak Kementerian Dikbudristek kepada Kepala SMAN 7 Niken Wahyuni pada Sabtu (25/11). Acara tersebut juga dirangkai dengan berbagai kegiatan, diantaranya lomba membuat sketsa Gedung Anno 1915.

Salah satu tamu undangan yang mengikuti kegiatan yang juga sekaligus dirangkai dengan peringatan Hari Guru itu, yakni Wakil Ketua DPRD Kelik Susilo Ardani. Ia juga tercatat sebagai pihak yang turut mendorong tercetusnya ide dijadikannya SMAN 7 sebagai Sekolah Cagar Budaya Nasional.

Ditemui di sela acara, Kelik menjelaskan alur perjuangan dijadikannya SMAN 7 sebagai Sekolah Cagar Budaya Nasional. “Kita sebelumnya sudah menyadari bahwa tempat ini memiliki sejarah tapi secara legal formal belum dinyatakan,” ungkap Kelik kepada media.

Berikutnya dilakukan penelusuran ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menginformasikan bahwa sekolah guru atas pertama di Indonesia ada di Purworejo. Informasi valid tersebut, menurut Kelik, berasal dari sebuah museum di Belanda, bahkan termasuk pembuat denah sekolah.

“Mulai saat itu DPRD menginisiasi bahwa Purworejo punya sejarah besar. Syarat-syarat itu kemudian dipenuhi termasuk bekerjasama dengan berbagai pihak, dan juga mendatangkan Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (ACBN) untuk melihat langsung, Alhamdulillah layak diajukan,” jelas Kelik.

Pada saat itu, bertepatan dengan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2022, ada perubahan SK hingga akhirnya setelah diperbaharui berhasil diSK-kan pada bulan September lalu.

Wakil ketua DPRD Kelik Susilo Ardani

“Setelah itu kita pinginnya di blow up bersamaan dengan peringatan Hari Guru Nasional tapi tidak memungkinkan karena sudah diplot ditentukan di Semarang,” tutur Kelik. Begitu pula dengan peringatan hari guru di tingkat provinsi. “Akhirnya opsi terakhir ya sudah di kabupaten,” tandasnya.

Di sisi lain, Humas SMAN 7 yang juga pegiat sejarah termasuk aktif dalam memperjuangkan cagar budaya, Widyastuti menjelaskan, Pendidikan guru HKS Hoogere KweekSchool atau Sekolah Guru tingkat Atas negeri secara resmi didirikan pada tanggal 20 Oktober 1914 di Purworejo, oleh Dr. GAJ Hazeu, seorang direktur pada kementerian pendidikan zaman Belanda.

“Dipilihnya kota Purworejo sebagai sekolah guru HKS Negeri yang pertama tentu ada alasan yang mendasarinya,” kata Widyastuti pada acara Sabtu (25/11). Dijelaskannya, Purworejo dipandang sebagai kota yang tenang, kondusif, dan tidak bergejolak sehingga menjadi pilihan pertama, menyusul kemudian Bandung dan Magelang hingga HKS berakhir pada tahun 1932.

Pendidikan guru HKS menjadi tonggak penting dalam sejarah pendidikan karena menjadi sekolah pelatihan guru di kalangan pribumi atau bumiputera yang secara bertahap keberadaannya menggantikan guru-guru Eropa untuk mengajar di Holland Ilandsche School ,(HIS) atau sekolah dasar berbahasa Belanda.

Munculnya HKS, menurut Widyastuti, memperbanyak guru-guru Bumiputera yang kualitasnya lebih baik. Mereka dididik dengan keras dan disiplin oleh guru-guru Belanda serta mendapatkan materi pendidikan yang Iebih banyak dan beragam dibanding KweekSchool atau pendidikan guru yang sudah ada.

Beberapa siswa HKS Purworejo dalam foto

“Seleksinya sangat ketat sehingga setiap tahunnya hanya menerima sekitar 18 sampai 20 siswa yg berasal dari seluruh wilayah Hindia Belanda, dari ujung timur yakni Madura hingga Sumatera,” imbuhnya.

Sekolah ini juga dijuluki Sekolah Raja karena murid-muridnya berasal dari kalangan terpelajar. HKS Purworejo dipimpin oleh direktur pertama yakni Johannes Dionisius Winnen yang memimpin selama enam tahun.

Lebih lanjut Widyastuti menjelaskan, gedung sekolah HKS Purworejo merupakan bangunan yang dirancang khusus dengan kompleks asrama siswa dann guru sehingga lebih kondusif dan memudahkan dalam interaksi belajar mengajar.

Siswa-siswa lulusan HKS banyak yang menjadi tokoh pendidikan maupun tokoh nasional yang berkontribusi besar terhadap negara seperti Oto Iskandardinata lulusan 1920, Overste Isdiman tokoh Palagan Ambarawa 1926, Prof. Dr. Sugarda Purbakawatja 1921 pendiri Uncen dan beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Hingga hari ini kompleks gedung HKS Purworejo yang kini menjadi SMA Negeri 7 Purworejo masib berdiri megah dan terpelihara dengan baik meskipun institusinya berganti-ganti, mulai dari HKS, Mulo, SGB/SGA, SPG, hingga SMA. (Dia)

Loading

One thought on “SMAN 7 Purworejo Jadi Sekolah Cagar Budaya Nasional, Wakil Ketua DPRD Kelik Susilo Ardani Ceritakan Kronologinya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *