Beranda » 3 Tahun Dampingi 16 Desa Penyangga di 3 Kabupaten, Badan Otorita Borobudur Tak Ingin Hit and Run

3 Tahun Dampingi 16 Desa Penyangga di 3 Kabupaten, Badan Otorita Borobudur Tak Ingin Hit and Run

BENER, Kegiatan fasilitasi pengembangan usaha bidang manajemen di desa penyangga Badan Otorita Borobudur (BOB) selama empat hari mulai Senin hingga Kamis  (13-16/5), berakhir. Sesuai dengan tujuan utama pelatihan, BOB ingin mempersiapkan desa di sekitarnya dapat maju bersama mengembangkan ekonomi kreatif. Untuk itu mereka akan terus didampingi termasuk dalam hal pemasaran sehingga tidak hit and run.

“Ini tidak boleh hit and run, hari ini dididik kemudian ditinggal. Jadi kami akan terus mendampingi hingga ke pemasaran produk. Termasuk tahun ini diprogramkan adanya kurasi UMKM unggulan untuk memasok keperluan hotel dan bandara misalnya,” kata Direktur Utama BOB Agustin Paranginangin  kepada media usai penutupan acara, Kamis (16/5) petang.

Agustin menambahkan, kegiatan kali ini merupakan tahun ketiga yang dilakukan di 16 desa penyangga BOB. Untuk itu, pihaknya pun melibatkan perguruan tinggi agar ada follow up pasca pelatihan, termasuk melakukan kurasi. “Kerjasama dengan akademisi merupakan hal wajib karena dibutuhkan adanya kajian akademis melalui riset dan pendampingan masyarakat,” imbuhnya.

Pelatihan yang dilakukan pun merupakan usaha berkelanjutan dari hasil kajian akademis di 16 desa yang berada di tiga kabupaten yakni Purworejo, Magelang, dan Kulonprogo. Wilayah yang menjadi penyangga BOB tersebut disiapkan agar tidak hanya menjadi desa wisata tapi juga dikembangkan menjadi kawasan terpadu. Supporrtingnya berupa daya tarik, rantai pasok baik SDM maupun material industrinya.

Direktur Utama BOB Agustin Paranginangin

Saat menyampaikan sambutan di hadapan peserta dan tamu undangan, Agustin menegaskan bahwa pelatihan bukan tujuan akhir, melainkan merupakan langkah tahapan berikutnya. Menurutnya, sertifikasi tidak hanya dilakukan kepada pelaku wisata, tetapi juga destinasi wisata.

Dirinya berharap agar semua peserta bisa mengimplementasikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah disepakati sehingga  bisa menjadi desa wisata yang maju. Dalam kesempatan tersebut, hadirin yang diundang tidak hanya dinas UMKM tapi juga pariwisata agar program tersebut bisa dikolaborasikan bersama.

Agustin juga berharap nantinya para peserta bisa naik kelas menjadi mentor di desanya. “Saya berpesan agar peserta dapat menggarap semua potensi yang ada, jangan puas hanya punya satu kemampuan saja. Serta jangan lupa untuk menggunakan atau memanfaatkan media online,” pesannya.

Dalam kesempatan tersebut Agustin mengapresiasi Camat Bener yang mensupport warganya ikut pelatihan. Juga para kepala desa yang menjadi inti kegiatan sebagai CEO dan kunci kesuksesan dari sektor usaha di wilayahnya. Dirinya  juga mengapresiasi media yang terus melakukan pemberitaan serta mengangkat potensi wisata desa penyangga BOB dengan keunggulan masing-masing.

Berbagai produk unggulan yang dipamerkan

Saat penutupan diberikan SOP kit kepada perwakilan lima desa yang mengikuti pelatihan, yakni Cacaban Lor, Medono, Pekacangan, Jati, dan Kalitapas sebagai tuan rumah. Aneka produk unggulan dari lima desa peserta pun dipamerkan dan dijual kepada pengunjung dan tamu undangan.

Di akhir acara dilakukan dialog interaktif antara dinas terkait dan akademisi yang memberikan pandangan tentang kegiatan tersebut.

Salah satu peserta pelatihan, Misbangatun dari Desa Cacaban Lor menyatakan bahwa pelatihan yang diberikan selama empat hari sangat bermanfaat. Selama empat hari, dirinya diajarkan tentang pengemasan paket wisata, manajemen keuangan per SOP, packaging, serta penjualan online.

Desa Cacaban Lor, katanya, saat ini tengah merintis Angkringan Sigodho. Dalam jangka waktu satu tahun bisa memberikan PAD sebesar Rp 1,5 juta dari usaha angkringan yang memiliki menu andalan Sego Sigodho. Selain itu juga produk unggulan berupa gula aren dan kopi. (Dia)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *