Beranda » Setop Perundungan di Sekolah, Siswa SDN Purworejo Ikuti Sosialisasi dan Tandatangani Komitmen

Setop Perundungan di Sekolah, Siswa SDN Purworejo Ikuti Sosialisasi dan Tandatangani Komitmen

PURWOREJO, Kasus perundungan dan kekerasan yang kini marak dilakukan siswa membawa keprihatinan tersendiri bagi kepala SDN Purworejo. Sosialisasi anti perundungan dan kekerasan di SDN Purworejo pun dilakukan selama dua hari yakni Selasa dan Rabu (3-4/10). Sosialisasi dilakukan kepada 362 siswa mulai kelas 1 sampai 6 dari sekolah tersebut.

Tak hanya mendengarkan penjelasan dari kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A), para siswa juga menandatangani komitmen setop perundungan dan kekerasan yang dibentangkan di tembok sekolah. Kepala SDN Purworejo Sugiyarti beserta guru juga turut menandatangani komitmen.

Kepada Purworejo News, Sugiyarti menjelaskan, sosialisasi dilakukan supaya siswa mengetahui makna bulying atau perundungan agar mereka tidak melakukannya. “Tujuannya supaya anak-anak paham karena selama ini perundungan di mata anak berbeda. Contoh saat di jam olah raga, anak-anak melakukan tendangan yang tidak sengaja, itu masuk perundungan atau tidak,” ujarnya.

Sugiyarti menyatakan, sosialisasi anti perundungan dan kekerasan yang dilakukan oleh SDN Purworejo merupakan yang pertama dilakukan oleh sekolah dasar di Kabupaten Purworejo. Hal tersebut dibenarkan oleh Kabid P3A DP3APMD Heni Saparyuni Tataningsih yang memberikan materi.

Siswa kelas 1,2 dan 3 SDN Purworejo usai sosialisasi perundungan


“Hari ini untuk kelas 1, 2, dan 3. Besok kelas 4, 5, dan 6. Kegiatan seperti ini sudah berkala kami lakukan. Sebelumnya juga dari pihak kepolisian dengan materi polisi sahabat anak,” lanjut Sugiyarti.

Saat menyampaikan materinya, Heni terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang makna perundungan. Heni pun memberikan ilustrasi yang disebut perundungan. Juga mengajarkan agar anak-anak memanggil temannya dengan namanya, bukan dengan sebutan lain termasuk tidak memberikan sebutan seperti si gendut, si kurus, termasuk nama orang tuanya.

Heni menjelaskan bahwa perundungan bisa terjadi di rumah, sekolah, lingkungan sekolah, dan cyber. Ia mengajak siswa agar menghentikan kebiasaan perundungan. Selain mendengarkan, siswa juga berinteraksi dengan menjawab pertanyaan dan memberikan pertanyaan kepada pemateri.

Heni memberikan contoh perundungan yang kerap dilakukan siswa. Yakni berupa fisik, misalnya memukul, menampar, mendorong, menggigit, dan menendang yang dilakukan dengan sengaja menyakiti. “Tapi kalau saat olahraga misalnya bermain basket kemudian tidak sengaja mendorong, itu tidak apa-apa, hanya saja kita kemudian minta maaf,” jelasnya.

Kepala SDN Purworejo, Sugiyarti

Adapun kekerasan non fisik atau ucapan, lanjut Heni, berupa ancaman, mempermalukan, merendahkan, memanggil dengan julukan dan menyebut kecacatan fisik temannya. Sedangkan kekerasan cyber yakni melalui media elektronik.

Lainnya, yakni kekerasan sosial berupa penyebaran berita tidak benar dan memfitnah.
Saat membahas kekerasan seksual, Heni mengajarkan kepada siswa agar melakukan penolakan dengan cara berteriak dan melaporkannya.

Heni juga mengungkapkan tentang dampak korban bulying. Yakni suasana hati sering berubah-ubah, ingin pindah sekolah, kurang percaya diri, gangguan kesehatan, depresi, serta berpotensi membuly orang lain. Menurutnya pelaku bulying berpotensi memiliki pemikiran kriminal di masa berikutnya.

“Pencegahan bulying atau perundungan dapat dilakukan dengan cara mengembangkan relasi pertemanan yang baik, saling mendukung, serta menumbuhkan rasa percaya diri. Mulai hari ini sayangi teman, berhenti menyakiti teman,” ajaknya. (Dia)

Loading

2 thoughts on “Setop Perundungan di Sekolah, Siswa SDN Purworejo Ikuti Sosialisasi dan Tandatangani Komitmen

  1. Semoga dengan adanya sosialisasi semacam ini ke sekolah².. akan menekan kasus perundungan yang marak terjadi belakangan ini..

    Stop bullying! 💞

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *