GRABAG, SMAN 8 Purworejo kembali mengadakan Gelar Karya P5. Kali ini tema yang disajikan yakni gaya hidup berkelanjutan dengan topik eco print. Puluhan hasil karya eco print tersebut disajikan dalam bentuk fashion show pada Kamis (6/6) di aula sekolah. Suasana meriah pun tampak dari acara yang dirangkai dengan kegiatan gelar karya dan kewirausahaan (PKWU) berupa penjualan aneka makanan internasional.
Ditemui di tengah kegiatan, Kepala SMAN 8 Muh Kuntoaji kepada Purworejo News memberikan penjelasan. Disebutkan, gelar karya P5 kali ini mengambil tema gaya hidup berkelanjutan dengan topik eco print. “Saat ini eco print sedang marak digalakkan karena ramah lingkungan. Itulah sebabnya kami terapkan kepada kelas 10 yang melakukan gelar karya ini,’ tuturnya.
Sebagai aplikasi dari produk eco print berupa pakaian, para siswa memperagakannya dalam fashion show. Masing-masing kelas dibagi menjadi enam kelompok terdiri dari dua orang yang membawakan hasil karya mereka. Tak hanya busana atau kemeja; aneka tas, topi, termasuk ikat pinggang yang terbuat dari eco print turut ditampilkan melengkapi balutan busana yang dipamerkan.
Kunto menambahkan, para siswa belajar membuat eco print dengan dua teknik, yakni pounding dan steaming. Teknik pounding yakni memukulkan palu maupun batu ke atas daun atau bunga yang sudah ditata pada kain. Sedangkan steaming yakni merebus kain yang sudah dipounding agar awet.
Tak hanya itu. Kunto menjelaskan, untuk siswa kelas 11, mereka menggelar karya PKWU dengan tema makanan internasional. “Anak-anak menjual aneka makanan internasional seperti spaghetti, dimsum, macaroni schotel, Korean food, dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Gelar karya makanan internasional tersebut, imbuhnya, merupakan kelanjutan dari kegiatan semester sebelumnya yakni makanan tradisonal. “Melalui kegiatan ini diharapkan para siswa dapat lebih kreatif, inovatif, dapat bergotong royong dengan kelompok, serta mandiri,” jelas Kunto.
Salah satu siswa kelas 10 yang mengikuti fashion show, Salvina Keisha mengungkapkan pengalamannya bersama kelompok dalam membuat produk eco print. Kelompoknya membuat kemeja dan blouse berwarna jalawe atau alami, dipadu kardigan putih bermotif aneka daun.
“Ini dari daun jati, jambu biji, dan biji ketapang. Prosesnya waktu steaming sempat gagal karena warnanya gak masuk, terus diulang. Ini dibuat sekitar dua minggu,” jelasnya. Meski mengeluarkan biaya yang lebih banyak, namun ia mengaku senang dengan kegiatan tersebut. Hal itu karena kegiatan ini menjadikannya mengerti proses pembuatan eco print hingga menjadi baju yang bagus.
Pendapat serupa disampaikan oleh peserta PKWU dari kelas 11 yakni Hayanaziha yang menjual macaroni schotel, makanan khas Italia. Ia menyebutkan manfaat dari kegiatan semacam itu. “Kita jadi percaya diri, bisa mengelola uang dengan baik, dan bisa belajar bisnis,” ujar Haya yang jualannya laku keras.
Ia tidak menyangka makanan yang dibuat disukai oleh teman-temanya. “Senang dan seru. Harapannya bisa diadakan lagi supaya bisa lebih kenal dengan teman-teman lainnya,” pungkasnya. (Dia)