Beranda ยป Kisah Pilu Para Juragan Pasar Kutoarjo Pasca Kebakaran: Rugi Ratusan Juta, Kini Jualan Lesehan

Kisah Pilu Para Juragan Pasar Kutoarjo Pasca Kebakaran: Rugi Ratusan Juta, Kini Jualan Lesehan

KUTOARJO, Seminggu pasca kebakaran Pasar Kutoarjo, ratusan juragan Pasar Kutoarjo yang semula memiliki kios dan los, kini harus rela berjualan secara lesehan di tempat sementara yang disediakan pemda. Kios dan los mereka habis terbakar bersama barang dagangan yang tidak sempat diselamatkan saat kebakaran terjadi pada Jumat (16/8) lalu. Mereka pun menderita kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Seperti yang dialami oleh Mbah Sri (80) yang berjualan aneka sembako serta sayuran itu semula menempati dua kios dan satu los di bagian utara lantai dua Pasar Kutoarjo. Sehari sebelum kebakaran terjadi, Mbah Sri baru saja kulakan aneka kebutuhan yang akan dijual kembali keesokan harinya.

Menantu Mbah Sri yakni Margiyati (33) yang mendampingi saat ditemui menuturkan, ketika kebakaran terjadi, ibu mertuanya itu tidak sempat menyelamatkan dagangan yang baru dibelinya pada hari Kamis. Diantaranya dua kuintal bawang merah dan 1,5 kuintal bawang putih, serta belasan bal mie. Juga barang dagangan sembako lainnya. “Pokoknya pas posisi barang dagangan penuh,” ujarnya.

“Waktu kebakaran, ibu saya ini langsung berusaha lari, hanya membawa tas. Tapi dompet berisi uang, termasuk juga uang hasil penjualan sejak subuh tidak sempat diambil dari laci,” tutur Margiyati kepada Purworejo News, Kamis (22/8). Menurutnya, kios milik ibu mertuanya itu memang sudah buka sejak sebelum subuh karena menjadi langganan para pedagang sayur keliling.

Kondisi bagian atas Pasar Kutoarjo yang terbakar

Adapun Margiyati, saat kebakaran terjadi, sedang mengantar anaknya sekolah. Meski begitu, Mbah Sri masih mengucap syukur karena bisa menyelamatkan diri, mengingat dirinya yang dikaruniai lima anak, 15 cucu, dan delapan cicit ini menderita luka di bagian kaki kiri karena penyakit gula.

Pasca kebakaran, Mbah Sri bersama anak dan menantunya pun mulai berjualan dari nol. Baru dua hari ini mereka menempati relokasi sementara di tepi pasar yang terbakar dengan fasilitas berupa tratak dari pemda. Barang yang dijual pun baru seadanya.

Mbah Sri mengaku pasrah dan ikhlas menjalani musibah yang menimpanya. Ia mengaku belum bertemu dengan para pelanggan. Mbah Sri mengatakan telah berjualan sejak puluhan tahun, termasuk saat pasar masih berada di Alun-alun Kutoarjo.

Dengan nada pasrah, Mbah Sri yang tinggal di Desa Pacor RT 1/1 Kutoarjo itu berucap, “Biasane niku nek sadeyan angsale dugi kalih yuto, sakniki nggih Alhamdulillah ngaten.” (Biasanya kalau berjualan itu dspat Rp 2 juta. Sekarang ya Alhamdulillah begitu, Red).

Sebelumnya, Mbah Sri berjualan hingga sore menjelang. Tapi sekarang dirinya hanya sampai tengah hari. Itupun barang dagangannya dilangsir; diturunkan untuk dijual kemudian dinaikkan kembali dibawa pulang menggunakan mobil bak terbuka milik anaknya.

Mbah Sri yang kini berjualan di emperan

Kisah pilu lainnya dialami oleh Ngatinah (57). Warga Desa Tunggorono yang sebelumnya berjualan aneka camilan ini harus kehilangan dua los beserta seluruh isinya saat kebakaran terjadi. Waktu kejadian, dirinya memang belum membuka kios karena biasanya mulai pukul 07.30. “Begitu dikabari, terus suami saya langsung ke kios. Karena panik, kunci susah dibuka, dan akhirnya hanya bisa membawa beberapa saja,” ucapnya.

Saat ditemui, mereka menerima ucapan prihatin dari para pelanggan. Ngatinah juga baru tiga hari berjualan pasca insiden kebakaran. Menurutnya banyak yang belum berjualan karena trauma.

Pedagang lainnya, Wasis (56) masih kelihatan bersedih. Ia menuturkan, saat ini berjualan di rumahnya di Dusun Kuwurejo Desa Semawung. “Pelanggan datang ke rumah, ya harus mulai dari nol lagi, mau bagaimana?,” ujarnya.

Senada dengan Mbah Sri, meski sedih ia mengaku masih bersyukur karena menurutnya ada beberapa pedagang lain yang mengalami kerugian lebih besar darinya. “Itu ada pedagang yang baru kulakan merica lima kuintal. Padahal harga per kilonya Rp150 ribu. Kerugian dari merica saja sudah Rp 75 juta, belum dagangan lain,” ucap Wasis.

Para tukang rongsok sedang melihat kondisi pasar yang terbakar

Saat ini lantai dua Pasar Kutoarjo digembok oleh petugas. Selain untuk faktor keamanan, hal itu dilakukan agar pihak yang tidak berkepentingan masuk ke area tersebut, termasuk para pemulung. Mereka disinyalir hendak mengambil berbagai barang yang terbuat dari besi seperti timbangan, baik timbangan besar maupun kodok yang banyak ditinggal pedagang saat kebakaran berlangsung.

Beberapa pedagang yang ditemui merasa tidak mengetahui adanya program asuransi. Mereka mengaku belum dihubungi pihak bank yang menjadi tempat mereka menabung. (Dia)

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *