Beranda » Dampak Kemarau Panjang, Areal Pertanian di Purworejo Menurun Drastis

Dampak Kemarau Panjang, Areal Pertanian di Purworejo Menurun Drastis

PURWOREJO, Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan suplai air menjadi sangat terbatas. Sehingga banyak areal persawahan yang tidak bisa berproduksi dengan baik, termasuk di daerah-daerah penyokong beras seperti Purworejo.

Keprihatinan itu disampaikan Pjs Bupati Purworejo Endi Faiz Effendi saat menerima rombongan dari Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, di Ruang Bagelen, Kamis (10/10). Pjs Bupati didampingi Pj Sekda Achmad Kurniawan Kadir, serta Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Hadi Sadsila.

Lebih lanjut Pjs Bupati mengungkapkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan lintas sektor terkait dengan persiapan musim penghujan. Antara lain persiapan irigasi. Disebutkan bahwa secara jangka panjang pemerintah pusat telah memberikan program yang bagus berupa pembangunan bendungan besar di Purworejo.

”Manajemen airnya memang harus lebih bagus lagi. Bagaimana kita bisa mengatur volume air pada waktu musim hujan, kita tampung dan nanti musim kemarau kita manfaatkan untuk tanaman-tanaman termasuk tanaman pangan. Harapannya dengan adanya bendungan di Purworejo nantinya kebutuhan air bisa tercukupi,” ungkapnya.

Rapat koordinasi bersama Pjs Bupati

Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan Moh Ismail Wahab mengungkapkan, untuk musim tanam Oktober ini areal tanam di Kabupaten Purworejo sangat rendah. Menurutnya, Kabupaten Purworejo punya potensi yang baik, mencapai 12.000 hektar.

”Kami menawarkan untuk potensi tanam itu 6.000 hektar, tetapi Purworejo hanya mampu 100 hektar. Di sisi lain, kondisi kita saat ini kekurangan produksi, kalau kita tidak disupport dari daerah sekitar, kita sangat kekurangan. Indonesia itu 58% produksi beras disokong oleh Jawa. Kalau Jawa mengalami penurunan berarti Indonesia bermasalah,” katanya.

Dikatakan bahwa pihaknya membuka peluang program tebar benih, bantuan pestisida, bantuan pompa, bantuan alsintan, bantuan combine, bantuan tractor dan sebagainya. ”Yang kami promosikan Oktober ini bantuan benih, silahkan usulkan berapapun bantuan benih di bulan ini,” imbuhnya.

Menurut Ismail, pada tahun 2024 ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan berdasarkan data BPS, pada bulan Juni lalu Indonesia minus 3 juta ton gabah kering dibandingkan tahun 2023.

”Dan sangat menghawatirkan, di akhir tahun 2024 kemungkinan kita tidak bisa positif dalam sejarah produksi padi nasional. Sejak merdeka sampai sekarang, baru kali ini kita mengalami minus,” ungkapnya.

Sedangkan Hadi Sadsila menjelaskan bahwa Purworejo memang memiliki potensi padi yang sangat tinggi. Pihaknya juga sudah menerima dan melaksanakan program dari Kementan yaitu program perluasan areal tanam (PAT), pompanisasi, dan sebagainya.

”Permasalahan yang sedang kami hadapi adalah ketersediaan air. Kami berusaha untuk terus memaksimalkan program yang sudah dijalankan dari pemerintah pusat maupun daerah. Semoga penurunan pada bulan Oktober ini dapat segera diatasi yang tentunya juga tidak mudah,” harapnya. (Dia)

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *