KUTOARJO, Tak hanya piawai menghasilkan karya inovatif seperti lampu emergency dan LED, para siswa SMK Institut Indonesia (ii) Purworejo ternyata juga terampil dan percaya diri dalam membawakan tarian tradisional. Kali ini, tiga siswa membawakan tiga tari tradisional memeriahkan acara pembukaan Purworejo Fair#2 pada Kamis (5/6/2025).
Tiga tarian yang dibawakan oleh tiga siswa SMK ii dalam pameran yang digelar di Kompleks Kecamatan Kutoarjo tersebut yakni Tari Gambyong, Gebyar, dan Dolalak. Apapun ketiga siswa penari tersebut yakni Aprilia Dwi Melinda, Reva Ismayani, dan Desty Dwi Wulandari.
“Ketiganya merupakan siswa kelas 11 yang ikut ekstrakurikuler tari dan teater yang ada di SMK ii,” kata Waka Humas, Salwianto kepada Purworejo News, Kamis (5/6/2025). Dijelaskan, sebenarnya ada 15 personil yang semula disiapkan untuk menari memeriahkan ekspo. “Namun karena sedang mengikuti kegiatan PSAT maka hanya menurunkan tiga personel,” imbuh Salwi.

Untuk tampil dalam pameran yang menampilkan kuliner dan budaya selama empat hari mulai Kamis hingga Minggu (5-8/6/2025), para siswa tidak melakukan persiapan khusus. Hal itu karena mereka sudah melakukan latihan rutin sewaktu ekskul tari di sekolah.
Saat tampil, para penari dari SMK ii mendapat sambutan meriah baik tamu undangan maupun pengunjung pameran. Mereka datang dalam acara pembukaan yang dibuka oleh Kadin KUKMP, Hadi Pranoto.
Kepala SMK ii, Shinta Kusumastuti menyatakan rasa bangga dan mengapresiasi siswanya yang tampil membawakan tari tradisonal memeriahkan Purworejo Fair. “Meski SMK ii merupakan sekolah kejuruan teknik, tapi kami antusias dalam melestarikan kesenian dan budaya. Terbukti ekskul tari yang ada di sekolah banyak diminati siswa,” ungkapnya.
Shinta pun berharap agar ekskul tari di SMK ii dapat terus berjalan dan diminati. Hal ini agar para siswa tetap mencintai budaya lokal dan tidak tergerus oleh budaya dari luar. “Selain berprestasi dalam bidang akademik, kami berharap siswa dapat menyalurkan bakat dan minat di bidang seni tari tradisional yang bermanfaat untuk nguri-uri budaya lokal,” tandasnya. (Dia)