GRABAG, Desa Sangubanyu Kecamatan Grabag merupakan salah satu wilayah yang paling banyak jumlah calon kepala desa (calkades) pada ajang Pilkades serentak tanggal 6 September mendatang. Di Desa Sangubanyu ada lima calkades yang akan maju pada kontes pilkades mendatang. Salah satunya yakni Utet Barli Manuhana (56).
Ditemui Purworejo News pada Kamis (31/8), Utet menjelaskan alasannya maju sebagai salah satu cakades. Utet yang lahir dan besar di Desa Sangubanyu itu menyatakan bahwa dirinya merasa prihatin atas kondisi desanya saat ini.
“Dulu Desa Sangubanyu pernah mengalami masa jaya. Dalam bahasa saya ibaratkan berada di puncak klasemen. Tapi dalam beberapa periode ini Desa Sangubanyu terpuruk, bahkan masuk rangking nomor dua dari bawah dari 32 desa se-kecamatan Grabag,” ungkap Ute di rumahnya, Dukuh Nampukidul RT 01 RW 4 Sangubanyu.
Kondisi tersebut mendorongnya untuk tergerak memberikan sumbangsih. Terlebih lagi dirinya pernah menjabat sebagai anggota dan ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sangubanyu sehingga paham betul dengan permasalahan di desanya.
Beberapa masalah krusial yang ingin dibenahi yakni terkait dengan sistem administrasi dan birokrasi desa, pelayanan, dan gotong royong yang perlu ditingkatkan lalu. “Ketiga hal tersebut menjadi skala prioritas saya In Syaa Allah bila terpilih nanti,” ucap Utet.
Beberapa program lain yakni memaksimalkan aset desa seperti lahan pertanian melalui sistem irigasi. Juga pemanfaatan lapangan desa yang terbengkelai, digunakan untuk kegiatan warga. Utet pun mempunyai concern kepada pelaku UMKM termasuk para pemilik warung di desanya.
Untuk dapat meraih semuanya itu, Utet memiliki target melaksanakan pilkades secara adem ayem, termasuk tidak adanya politik uang. “Saya ingin mengedepankan apa yang menjadi kebutuhan utama warga tanpa menjelek- jelekkan atau menjatuhkan calon lainnya,” ucapnya bijak.
Terkait dengan jumlah pemilih, Utet menjelaskan bahwa di Desa Sangubanyu ada sekitar 1.300 warga yang tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) pemilih yang tersebar di enam pedukuhan, empat RW dan delapan RT. Adapun di Dukuh Nampukidul ada sekitar 300 DPT.
Utet yang maju sebagai cakades nomor urut 2 dengan lambang singkong juga menuturkan bahwa dirinya berusaha merangkul semua warga yang ingin desanya kembali berjaya. Yakni melalui langkah-langkah pembenahan.
Dengan pembenahan administrasi dan birokrasi warga akan mudah mendapatkan pelayanan serta transparansi. Di bidang irigasi warga diharapkan mendapatkan haknya dalam hal pengairan lahan pertanian. Serta melalui kegiatan gotong royong yang kembali digiatkan akan menumbuhkan kembali kerukunan serta rasa tolong menolong antar warga.
Untuk menciptakan pilkades yang adem ayem, Utet pun tidak membentuk tim sukses. Hal itu menurutnya, untuk menghindari adanya konflik antar pendukung. “Semua warga punya hak yang sama untuk saling mendukung dan bergotong-royong bersama,” tegasnya.
Utet mengakui, dalam menjalankan misinya tak jarang ia mendapat batu sandungan yang tidak disangka-sangka. Misalnya benturan dalam isu rencana berdirinya toko ritel berjejaring, ia sempat dikaitkan dengan masalah tersebut.
“Padahal saya sama sekali tidak mengetahui isu tersebut. Ini kan merugikan saya. Makanya saya klarifikasi masalahnya terutama dengan para pemilik warung yang resah dengan isu tersebut,” imbuhnya..
Sekali lagi, Utet ogah membenturkan kepentingannya dengan pihak lain dengan cara yang tidak elegan. Itulah sebabnya dengan pengalamannya sebagai pengawas desa Utet berusaha menjalankan pilkades dengan cara adem ayem.
“Pemerintah desa harus solid, bertanggung jawab, profesional dan amanah sehingga dapat menciptakan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab. Itulah motivasi saya untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa di Sangubanyu, tanah kelahiran saya,” tandas Utet.
Untuk itu, Utet telah memotret Sangubanyu dari sektor pertanian, SDM, lembaga desa, UMKM, pengelolaan keuangan desa, serta pendidikan politik. “Mohon doa restu,” pungkasnya. (Dia)
Semoga sukses mas Utet.