Beranda ยป Pertama Digelar Sejak Tahun 1913, Gunungan Acara Merti Desa di Trirejo Purworejo Jadi Rebutan Warga

Pertama Digelar Sejak Tahun 1913, Gunungan Acara Merti Desa di Trirejo Purworejo Jadi Rebutan Warga

LOANO, Warga Desa Trirejo Kecamatan Loano berkumpul di lapangan untuk merayakan puncak acara Merti Desa. Untuk pertama kalinya sejak berdiri pada tahun 1913, Desa Trirejo Kecamatan Loano menggelar kirab budaya. Acara ini juga menampilkan tradisi berebut gunungan yang dipercaya menjadi simbol perebutan berkah dari hasil bumi.

Kirab budaya atau rampakan dilaksanakan pada Kamis (8/7) dengan tema Nyawiji Roso. Menurut Kepala Desa Trirejo Andhi Prasetiawan, tema ini dipilih untuk menggambarkan sejarah berdirinya Desa Trirejo yang berasal dari penyatuan tiga wilayah oleh para leluhur. Tiga wilayah tersebut adalah Watu Belah, Sejiwan, dan Kedung Dowo. Harapannya semua warga menjadi satu perasaan, satu tujuan agar desa trirejo menjadi lebih maju makmur dan mandiri.

Disampaikan Andhi, semua warga ikut berpartisipasi, berasal dari perwakilan lima dusun, lima RW, 15 RT, dan dari unsur kelembagaan desa. “Selain itu juga dibantu bergodo dari Desa Loano,” jelas Andhi kepada media. Warga sangat antusias memeriahkan acara, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Mereka mengenakan pakaian adat dan membawa berbagai arak-arakan yang menggambarkan kekayaan budaya dan sejarah Desa Trirejo. Kepala desa beserta keluarganya turut mengikuti kirab dengan menunggangi kuda.

Rangkaian kirab diawali dari tiga dusun yakni Watu Belah, Kedungdowo, dan Sejiwan yang bertemu dan berkumpul di Kedungdowo Kulon. Berikutnya menuju ke arah barat (jalan besar) kemudian berakhir di Lapangan Balai Desa Trirejo. Acara kirab ditonton aoleh warga setempat dan dari daerah lain yang datang untuk menikmati kirab budaya.

Kepala Desa Trirejo Andhi Prasetiawan

Arak-arakan kirab membawa enam gunungan yang berasal dari lima dusun dan pemerintah desa. Adapun isi gunungan merupakan hasil bumi panenan warga. “Ada sayur-sayuran, pala kependem, pala kesampar, pala gemantung, yang ada di sekitar desa,” ungkap Andhi.

Sebagai puncak acara, masyarakat berebut gunungan yang dipercaya mendatangkan keberkahan. Mereka bahkan rela berdesak-desakan untuk mengambil isi gunungan. Seperti halnya Khofidhoh warga Desa Wonotulus yang terlihat menenteng bermacam- macam sayuran hasil rebutan. “Saya awalnya hanya menunggu anak yang pentas tari Ndolalak disini, namun saya tertarik ikut serta rebutan gunungan dan saya senang mendapat banyak sayur untuk dibawa pulang,” ungkapnya.

Acara tersebut mendapat apresiasi Bupati Yuli Hastuti yang turut hadir. Bupati mengajak masyarakat Trirejo menjaga kearifan lokal. “Bersama-sama menangkap peluang, berkreasi, berinovasi, dan menggali potensi. Dengan demikian potensi tersebut dapat dieksplorasi secara optimal,” kata Bupati.

Di penghujung acara warga bersama-sama menyantap tumpeng dan ingkung yang telah disediakan oleh masing-masing RT. Menurut Andi, setelah semua rangkaian acara Merti Desa selesai akan dilakukan evaluasi dan musyawarah desa istimewa yang akan disampaikan ke masyarakat rencana ke depan mengenai Merti Desa ini.

Kirab Budaya Merti Desa Trirejo telah sukses menciptakan suasana yang
penuh kebersamaan dan kegembiraan, sekaligus menjadi pengingat pentingnya menjaga dan merawat warisan budaya. (Ita)

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *