PURWOREJO, Kontingen Purworejo gagal meraih sembilan medali emas yang ditargetkan pada pelaksanaan Porprov 2023 di Pati. Hingga penutupan Poprov pada Jumat (11/8), kontingen Purworejo hanya berhasil membawa pulang 22 medali. Yakni empat emas, sembilan perak, dan sembilan perunggu. Padahal targetnya 33 medali, sembilan diantaranya emas
Dihubungi Purworejo News pada Sabtu (12/8), Ketua KONI, Sumaryanto menyatakan kecewa atas perolehan medali pada Porprov 2023. “Ini di bawah target, mestinya kalau 70% target ya paling tidak enam atau tujuh medali. Ini masih di bawah 50%,” ungkap Sumaryanto.
Ia menyebutkan, melesetnya target tersebut tidak terlepas dari perhitungan perolehan medali emas. Maryanto menjelaskan, perhitungan target emas telah dilakukan melalui dua tahap.
“Tahap satu, semua cabor unggulan yang berpeluang mendapat medali, dikumpulkan. Berikutnya semua cabor menuliskan target medali,” ujar Maryanto . Pada tahap ini terdapat target emas sebanyak 14 buah.
Pada tahap kedua, lanjut Maryanto, pengurus KONI melalui Tim Monitoring dan Evaluasi menganalisis target emas masing-masing cabor. Rapat Monev memutuskan target sembilan emas dengan jumlah keseluruhan 33 medali.
Menurutnya, perolehan tersebut merupakan target maksimum yang diusulkan KONI untuk tali asih di APBD Perubahan 2023.
“Harapan kita capaiannya akan mendekati itu. Tapi ternyata hasilnya masih cukup jauh dari itu,” ungkap Maryanto dengan nada kecewa.
Meskipun peringkat Kabupaten Purworejo lebih baik dari Poprov tahun 2018 yakni dari 31 dengan tiga emas, menjadi 29 dengan empat emas, Maryanto menilai capaian itu belum merupakan hasil yang memuaskan bagi KONI.
Dirinya mengakui, ada beberapa cabor yang meleset target emasnya. Seperti cabor aeromodelling yang menargetkan dua emas, hanya mendapatkan tiga perak dan satu perunggu.
Juga cabor taekwondo yang pada pra Porprov meraih peringkat satu dan ditargetkan emas, ternyata pada kenyataannya menerapkan sistem wild card yang tidak disampaikan kepada panpel. Demikian pula dengan cabor menembak yang masuk dalam lapis satu perolehan emas.
Di luar dugaan, ada juga cabor lapis dua yang berhasil mendulang emas. Yakni catur, gateball, dan menembak beregu. “Cabor gateball semula hanya ditargetkan satu emas, malah dapat dua. Cabor menembak beregu juga tidak ditarget emas tapi malah dapat,” lanjutnya.
Selain itu, Maryanto pun menyebutkan kejadian yang paling menyakitkan adalah pertandingan final di cabor billiar.
“Sesama orang Purworejo tetapi yang satu membela daerah lain. Hasilnya pemain Purworejo harus puas mendapatkan perak, sedangkan medali emasnya untuk daerah lain,” ungkap Maryanto pilu.
Terkait dengan ironi tersebut Maryanto menyatakan bahwa KONI tidak punya kekuatan untuk mencegah. “Karena hal itu berkaitan dengan kesejahteraan atlet,” tandasnya.
Namun yang pasti KONI akan segera melakukan Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats). dengan berbagai pihak terkait. Menurutnya Purworejo harus punya cabor unggulan yang bisa jadi lumbung emas. Seperti halnya Banjarnegara mampu meraih 18 medali pada cabor arung jeram. (Dia)