PURWOREJO, Keprihatinan akan minimnya lagu anak saat ini membuat Dewan Kesenian Purworejo (DKP) menggelar Workshop Pengajaran Materi Lagu Anak dan Peningkatan Pengembangan Pribadi Anak. Workshop yang diadakan oleh Komite Musik DKP ini ditujukan bagi guru PAUD-TK di Kabupaten Purworejo, diadakan dua hari yakni Senin dan Selasa (9-10/9) di Gedung Kesenian Purworejo.
Ditemui di sela acara pada Selasa (10/9), ketua panitia Yosafat mengemukakan, kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk evaluasi berkaitan dengan prestasi dan apresiasi serta keanggotaan guru PAUD dan TK sebagai bagian dari DKP. Merekalah yang nantinya akan direngkuh sebagai aset untuk memerangi atau melawan derasnya lagu-lagu dewasa yang dinyanyikan anak-anak, di luar persepsi dan asumsi akibat mudahnya akses HP.
Kemudahan tersebut, ujar Yosafat, diberikan oleh orang tua yang tidak mau ribet dan akhirnya menjadi cara praktis. Akibatnya anak menjelajah tanpa batas dan tak terbendung, serta tidak bisa dikontrol. “Kami tertantang untuk melakukan ini sebagai sesuatu yang lebih baik, daripada terlambat untuk tidak dilakukan,” ujar Yosafat.
Sebagai Wakil Ketua 2 DKP, Yosafat merasa prihatin dan menyatakan Indonesia Darurat Lagu Anak. Ia mencontohkan, seorang pencipta lagu anak asli Purworejo yakni Papa T Bob, pernah mendebutkan lagu anak yang dinyanyikan oleh Tasya dan Joshua.
“Tapi karena tergilas oleh nilai dan tergeser waktu sehingga lagu-lagu anak seperti Diobok-obok hilang dengan sendirinya. Mirisnya, hal tersebut malah menjadikan anak-anak menjadi ajang lagu dewasa yang semestinya belum mereka capai, termasuk jangkauan nadanya yang belum sampai,” jelasnya.
Adapun peserta workshop sebanyak 46 guru PAUD dan TK se-Kabupaten Purworejo dari berbagai wilayah kecamatan. Selain Kecamatan Purworejo, juga dari Gebang, Loano, Purwodadi, dan Banyuurip. Mereka diajari cara menciptakan lagu anak sesuai dengan kodrat, cukup hanya dengan empat baris atau delapan bar.
Selain itu para guru PAUD-TK itu juga diajarkan cara bermain angklung. “Ini sebagai bagian dari kapasitas guru PAUD TK sebagai pengajar alat musik idiofon atau suara yang dihasilkan berasal dari getaran tubuh alat itu sendiri,” imbuh Yosafat.
Tak hanya itu, dalam workshop tersebut para guru PAUD TK juga diajari tata rias untuk anak saat performa tanpa mengeksploitasi mereka menggunakan bulu mata palsu serta make up lain secara berlebihan. Selain itu juga diajarkan performa sebagai guru PAUD-TK.
Pematerinya, selain Yosafat yang mengajarkan cara membuat lagu anak-anak, juga ada Dhimas Kasuga yang mengajarkan cara bermain angklung. Adapun untuk materi etika berbusana anak-anak disampaikan oleh Titi Prabandari dibantu oleh Dyah Wahyu.
Semuanya dipraktekkan, baik menciptakan lagu dan cara bermain angklung serta tata rias anak. Yosafat berharap, kegiatan semacam ini dapat berkelanjutan dan akan ada workshop tandingan di masing-masing kelompok yang telah dibuat grup sebelumnya.
Tak hanya itu, Yosafat pun berjanji akan membentuk grup paduan suara guru PAUD-TK yang akan ditampilkan baik di level kabupaten di beberapa event maupun lebih luas lagi.
Salah satu peserta yakni Kepala TK Batik Perbaik, Sri Rameati kepada Purworejo News menyampaikan kesannya selama dua hari mengikuti workshop.
“Workshop ini sangat bermanfaat. Saya mendapat pengalaman baru dan jadi tahu bagaimana membuat lagu untuk anak-anak usia dini. Lalu tahu cara berpakaian atau berpenampilan yang baik. Selain itu juga jadi mengetahui cara memainkan dan mengajarkan musik angklung kepada anak-anak,” ucapnya. (Dia)