PURWOREJO, Kasus dugaan keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) massal menimpa 127 orang di Kabupaten Purworejo. Para korban terdiri atas siswa SMP Negeri 8, SMA Negeri 3, serta seorang guru.
Sebanyak 23 orang harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit dan puskesmas, sementara 104 lainnya cukup menjalani rawat jalan. Pemerintah Kabupaten Purworejo memastikan seluruh biaya pengobatan ditanggung melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), mengingat kasus ini tidak termasuk dalam cakupan BPJS Kesehatan.
“Yang jelas, untuk seluruh korban terdampak, biaya perawatannya ditanggung pemerintah daerah,” tegas Ketua Satgas MBG Purworejo, dr Tolkha, Jumat (3/10/2025).
Menindaklanjuti kasus ini, Badan Gizi Nasional (BGN) memutuskan menutup sementara dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kecamatan Purwodadi untuk keperluan evaluasi.
“Dari BGN tadi sudah ada keputusan dari pusat untuk dihentikan sementara, sambil menunggu evaluasi lebih lanjut,” ujar dr Tolkha.
Dinas Kesehatan Purworejo bergerak cepat dengan mengambil sampel makanan serta muntahan siswa untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium di Yogyakarta. Surveilans Dinkes Purworejo, Ratri Nur Hidayati, menyebut terdapat sekitar 110 siswa yang mengalami gejala keracunan berupa mual, muntah, diare, dan pusing.
Sebanyak 56 siswa dirawat jalan di Puskesmas Bubutan, sementara 8 lainnya masih dalam observasi. Selain itu, 37 siswa dan seorang guru juga mengalami gejala serupa saat diperiksa langsung di sekolah.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Puskesmas Bubutan dan Bragolan. Sampel muntahan siswa dan makanan yang tersisa di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Gratis (SPPG) telah diambil untuk diuji laboratorium,” jelas Ratri.
Gejala keracunan diduga berasal dari menu makanan yang dikonsumsi pada Kamis (2/10/2025), antara lain tahu, kentang rebus, telur puyuh rebus, sayur wortel, selada, timun, serta sambal kacang.
Dinas Kesehatan menekankan perlunya pengawasan lebih ketat terhadap proses pengolahan makanan di sekolah, mulai dari pemilihan bahan baku, cara memasak, hingga distribusi makanan agar kasus serupa tidak terulang. (Ita)