PURWOREJO, Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPwr) menyelenggarakan Rapat Senat Terbuka dengan agenda Pengukuhan Guru Besar/Profesor, yaitu Prof. Dr. Suyitno, M.Pd., dan Prof. Dr. Siska Desy Fatmaryanti, M.Si. Acara pengukuhan diadakan Kamis ( 30/1/2025) di Auditorium Kasman Singodimejo UMPwr, dihadiri oleh para pejabat universitas, dosen, dan tenaga kependidikan. Juga tamu undangan dari Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah yang diwakili Prof. Mahfud Sholihin, Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Tengah, Rektor Unimma, Rektor Unimugo, dan para kolega dari kedua guru besar/professor.
Prof. Suyitno menjadi Guru Besar bidang ilmu Model Pembelajaran Kejuruan, sedangkan Prof. Siska menjadi Guru Besar bidang ilmu Pengembangan Model pembelajaran dan Media Berbasis Technology, Pedagogy, Content, and Kowledge (TPACK).
Saat menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Transformasi Pendidikan Kejuruan melalui Optimalisasi Model Work-Based Learning”, Prof. Suyitno memberikan penjelasan. Menurutnya, salah satu cara yang dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk meningkatkan kompetensi adalah dengan pembelajaran berbasis kerja atau biasa disebut Work-Based Learning (WBL).
“WBL memadukan antara pembelajaran yang ada di kelas dan di dunyindustri. WBL merupakan salah satu pembelajaran yang bertujuan untuk memadukan mata pelajaran akademik dengan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan. SMK merancang bersama-sama aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan di dunia kerja,” ungkap Prof. Suyitno. Dalam aplikasinya, WBL dilaksanakan di SMK melalui praktik kerja industri.
Adapun Prof. Siska Desy Fatmaryanti, menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Transformasi Pembelajaran Abad ke-21: Integrasi Model dan Media Pembelajaran Berbasis Technology, Pedagogic, Content and Knowledge (TPACK) untuk Pendidikan Inklusif dan Berkelanjutan”. Ia menjelaskan, pendidikan di abad ke-21 menghadapi berbagai tantangan yang tidak hanya kompleks tetapi juga dinamis.
“Transformasi besar yang dipicu oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan lanskap baru dalam dunia pendidikan. Teknologi digital yang pernah menjadi pelengkap, kini menjadi elemen inti dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini pendekatan TPACK memainkan peran kunci,” ucapnya.
Konsep ini, lanjutnya, menekankan pentingnya integrasi pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Pendekatan TPACK, menurutnya, memungkinkan pendidik untuk mendesain pembelajaran yang tidak hanya relevan dengan kebutuhan peserta didik, tetapi juga responsif terhadap perkembangan teknologi.
Rektor UMPwr, Assoc. Prof. Dr. Teguh Wibowo, menyambut baik dan bangga atas pengukuhan dua guru besar baru. “Ini merupakan sejarah bagi UMPwr setelah 15 tahun menunggu adanya guru besar/profesor baru. Terakhir tahun 2010 Guru Besar pertama UMPwr dicapai oleh Prof . Dr. HS. Eko Putro Widoyoko. Alhamdulillah tahun ini bisa langsung menambah dua guru besar,” ucap Rektor.
Penambahan dua guru besar ini, imbuhnya, juga akan meningkatkan reputasi UMPwr baik secara nasional maupun internasional. “Prof. Suyitno dan Prof.Siska Desy Fatmaryanti telah menunjukkan dedikasi dan kontribusi yang luar biasa dalam bidang akademik dan penelitian. Mereka telah mempublikasikan berbagai karya ilmiah dan menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan konferensi,” jelas rektor.
Disebutkannya, untuk menjadi guru besar/ profesor bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan berat yang dihadapi. Rektor merinci, Saat ini di UMPwr ada 41 dosen bergelar doktor, dan 14 dosen yang telah memiliki jabatan akademik dosen Lektor Kepala. Rektor berharap banyak para dosen di UMPwr yang segera menyusul menjadi guru besar/profesor.
Perwakilan dari Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. Mahfud Sholihin menyampaikan bahwa semua memiliki target yang harus dicapai. Baik majelis, lembaga, maupun amal usaha Muhammadiyah. Salah satunya targetnya adalah untuk menambah guru besar/profesor.
Dirinya berpesan kepada dua guru besar baru UMPwr agar bersiap-siap terkait banyaknya tugas dan amanah baru ke depan setelah menjadi profesor. “Termasuk keluarga juga harus siap jika ke depan para guru besar tersebut akan banyak waktu di luar rumah untuk menjalankan amanah yang ada,” tandasnya. (Dia).