PURWOREJO, Pameran Temporer Museum Tosan Aji yang diselenggarakan selama tiga hari berjalan sukses, bahkan di luar ekpektasi panitia. Pameran yang digelar tiga hari mulai Kamis hingga Sabtu (12-14/10) itu dikunjungi belasan ribu pelajar dari mulai tingkat PAUD hingga SMA di Kabupaten Purworejo.
Antusiasme pengunjung terlihat dari banyaknya siswa yang datang ke lokasi dengan menggunakan berbagai kendaraan, termasuk angkutan umum. Banyak kopada dan minibus yang terparkir di sepanjang Jalan RAA Cokronegoro, terutama pada pagi hingga siang hari selama pameran berlangsung. Selain juga penjualan jajanan seperti cilok yang ramai diserbu pembeli.
Ditemui di hari ketiga, ketua penyelenggara Dyah Woro Setyaningsih kepada Purworejo News menyampaikan, pameran dilakukan dalam rangka Hari Museum Indonesia. “Sesuai dengan temanya yakni Kolaborasi dan Sinergi, pameran ini menggabungkan beberapa kegiatan,” ucap Woro saat ditemui di lokasi pada Sabtu (14/10).
Pameran yang dibuka oleh Kadindikbud Wasit Diyono itu digelar mulai pukul 08.00 hingga 16.00. Kegiatan yang dilakukan yakni berupa kerajinan membatik, ketrampilan membuat keris dari janur, aneka jajanan lokal termasuk es pungpung, permainan tradisional seperti sudamanda, serta latihan gamelan.
Selain itu juga ada kain khusus untuk para pengunjung yang ingin mencoretkan sesuatu menggunakan kuas lukis. “Ini tujuannya agar para generasi Z mengenal seni kerajinan batik Indonesia yang sudah mendunia. Termasuk mengenalkan permainan jadul yang sekarang jarang dijumpai karena anak-anak lebih sering bermain gadget,” lanjut Woro.
Selama tiga hari pula, pengunjung dapat masuk ke Museum Tosan Aji secara gratis. “Kalau hari biasa pengunjung anak-anak membayar Rp 2.500 sedangkan dewasa Rp 5.000,” ungkap Woro. Dengan adanya pameran, pengunjung mengalami peningkatan. Bila biasanya per hari sekitar 200-an pengunjung, selama pameran mencapai ribuan.
Animo pengunjung yang luar biasa tersebut memang di luar ekspektasi panitia. Terlebih dengan adanya gelar karya di space yang disediakan panitia di halaman museum. “Peminatnya luar biasa, bahkan sampai melebihi kuota dari panitia,” imbuh Woro.
Pertunjukan yang ditampilkan pun banyak yang menarik. Misalnya musik angklung yang ditampilkan oleh anak-anak TK Maria. Ada juga tari tradisional yang dikemas apik. Seni wushu yang akan mengikuti lomba di Yogyakarta pun turut memeriahkan acara pameran.
Menurut Woro, berbagai pertunjukan yang ditampilkan dapat dijadikan semacam kurasi untuk menampilkan seni pertunjukan seperti halnya di Bandara YIA. Pihaknya juga memberikan fasilitas untuk kegiatan tersebut.
Tak hanya dikunjungi oleh pelajar, pameran tersebut juga menarik minat berbagai komunitas termasuk fotografi untuk mengabadikan berbagai kegiatan yang digelar. Seperti komunitas fotografi dari Yogyakarta yang tidak hanya membidik koleksi museum, tetapi juga kegiatan pendukung, termasuk aktivitas pengunjung.
Woro menyatakan, sebagai ungkapan harapan dari masyarakat, pameran seperti ini akan kembali diadakan tahun depan. Hal tersebut karena pameran tidak hanya membuka wawasan para siswa, tetapi juga sebagai ruang kreasi seni dari sekolah maupun masyarakat.
“Kegiatan ini banyak diapresiasi karena memberikan kesempatan untuk menampilkan talent siswa. Juga supaya gadget tidak menjadi segala-galanya karena di sini anak-anak bisa berinteraksi dan berkreasi,” ungkap Woro.
Terkait hal tersebut pihaknya akan memaksimalkan dana alokasi yang diperoleh sebesar Rp 700 juta untuk menggelar kegiatan serupa dengan konsep yang lebih baik lagi. “Tahun depan akan kita adakan lagi,” tandas Woro. (Dia)