PURWOREJO, Impor bahan baku daur membawa keprihatinan tersendiri bagi anggota DPR RI Komisi IV Vita Ervina. Padahal produksi sampah sangat tinggi hingga mencapai 190 ton per hari. Hal itu karena sampah yang dibuang ke TPA belum banyak yang dipilah dan diolah.
Hal itu disampaikan oleh Vita saat menghadiri acara bimbingan teknik pengolahan limbah di Balai Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo pada Kamis (19/10). Acara diikuti oleh relawan yang berasal dari empat kecamatan, yakni Purworejo, Bagelen, Loano, dan Kemiri. Jajaran Forkopincam Purworejo turut hadir dalam pembukaan bimtek tersebut.
Lebih lanjut anggota DPR RI dari Fraksi PDIP itu mengatakan, pengolahan sampah menjadi tanggung jawab bersama. Ia pun mengajak masyarakat untuk mulai memilah sampah dari rumah. Hal itu selain untuk mengurangi impor bahan baku daur ulang juga dapat bernilai ekonomis karena bisa dijadikan pupuk organik.
“Saya mendorong masyarakat sampai tingkat kelurahan supaya mengolah sampah karena ini menjadi tanggung jawab bersama. Ketika sudah dijual bisa dimanfaatkan untuk nilai ekonomis sebagai bahan baku daur ulang atau menjadi pupuk organik,” ujarnya. Ia juga mengajak masyarakat mengurangi plastik mengingat penguraiannya butuh waktu lama.
Meski di Purworejo masih dalam level aman, menurut Vita, sekarang darurat sampah sudah terjadi di beberapa wilayah akibat membuang sampah sembarangan. Untuk itu perlu dilakukan bimtek, kerja sama DPR RI dengan Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah Berbahaya, Berbau, dan Beracun (PSLB3) KLHK RI.
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Perikanan (LHP) Slamet, di sela acara menyebutkan bahwa pihaknya punya kewajiban menjadikan sampah tidak menjadi musibah melainkan jadi berkah.
“Menurut penelitian, setiap orang menghasilkan 0,5kg/hari. Kalau di Purworejo ada 800 ribu jiwa maka akan dihasilkan empat ton sampah per hari. Maka diharapkan masyarakat bisa mengelola sampah,” katanya didampingi Vita.
Slamet pun mengapresiasi Vita Ervina yang melakukan sosialisasi terkait masalah sampah kepada masyarakat. Disebutkan, saat ini ada 65 ton sampah perkotaan yang masuk ke TPA. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 30% yang bisa diolah. Lalu ada yang dibakar menggunakan insulator sekitar enam ton. Adapun yang dijadikan kompos sekitar satu ton. Lainnya aja juga yang dijadikan margot.
Ia berharap melalui sosialisasi sampah bisa diolah sehingga tidak masuk TPA. “Sampai saat ini peran masyarakat untuk mengolah sampah secara mandiri sangat dibutuhkan,” pungkasnya. (Dia)