PURWOREJO, Gempa megatrust yang memicu terjadinya tsunami menjadi isu bencana yang paling banyak dibahas oleh masyarakat Purworejo selama tahun 2024 ini. Hal itu wajar, mengingat beberapa desa dari empat kecamatan yang ada di Purworejo akan terdampak langsung bila bencana berdasarkan dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) itu benar-benar terjadi.
Beberapa desa yang rawan terkena dampak tsunami pasca gempa megatrust yakni Desa Jogoboyo Kecamatan Purwodadi, Kertojayan Grabag, Desa Girijoyo dan Malang di Ngombol. “Kalau cukup tinggi ya bisa sampai ke Butuh meskipun ketinggian ombaknya berbeda,” kata Plt Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Purworejo, Dede Yeni Iswantini saat dihubungi, Senin (30/12/2024).
Dijelaskan pula, di Purworejo ada sungai yang bakal menjadi jalan tol jika tsunami terjadi, yakni Kali Jali. Meski begitu, dua sungai lainnya juga berbahaya, yakni Bogowonto dan Wawar. Tak hanya ini, tsunami yang berpotensi terjadi pasca gempa megathrust juga disebutkan bakal memberi dampak langsung di seluruh wilayah pesisir selatan.
“Sungai Bogowonto berbatasan antara Purworejo dan DIY, Sungai Jali di perbatasan Kecamatan Grabag dan Ngombol, sedangkan Sungai Wawar berbatasan dengan Kebumen. Ketiga sungai ini berpotensi menjadi jalan tol tsunami,” jelas Dede.
Dijelaskan, megatrust merupakan potensi gempa yang diprediksi dapat terjadi karena adanya tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Tumbukan tersebut kemudian menyebabkan daya guncang atau gempa.
Meski begitu Dede menyebutkan, pembahasan potensi gempa di zona megathrust sebetulnya tak perlu sampai membuat kekhawatiran berlebih, melainkan hanya sebagai pengingat supaya upaya mitigasi dilakukan secara bersama-sama.
Pembahasan gempa di zona megathrust yang kerap disampaikan BMKG pun ditegaskannya, bukanlah bentuk peringatan dini atau warning yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar.
Meski begitu Dede menyatakan, tak ada salahnya juga pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut muncul di tanah air, termasuk di wilayah Kabupaten Purworejo. Hal itu mengingat adanya potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
“Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Adapun di Purworejo tsunami bisa terjadi mengingat beberapa wilayah di pesisir pantai selatan berpotensi juga terjadi, “ucapnya.
Iapun mengungkapkan, berdasarkan catatan sejarah, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun). Adapun gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun), gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun).
Untuk mengantisipasi dan meminimalisir risiko apabila terjadi tsunami, pihak BPBD tengah melakukan beberapa upaya. Diantaranya mengadakan sekolah lapangan bekerjasama dengan BMKG. BPBD juga melakukan penanaman pohon nyamplung yang dapat menahan atau memperlambat laju tsunami. Upaya tersebut, lanjutnya, dilakukan bekerjasama dengan Perhutani.
Tak hanya itu, tercatat sebanyak 24 Early Warning System (EWS) yang sudah dipasang untuk peringatan saat terjadi tsunami. EWS tersebut menurut Dedeh, setiap tanggal 26 selalu diujicobakan serentak di seluruh Indonesia, termasuk yang berada di Purworejo.
Dede menyatakan, pihak BMKG sudah mengingatkan agar di pesisir pantai selatan ada bangunan bertingkat yang dapat digunakan untuk menyelamatkan diri saat terjadi tsunami. Dijelaskan, peringatan tsunami dilakukan dalam hitungan 20 menit pertama setelah gempa, kemudian 20 menit selanjutnya. Waktu tersebut, kata Dede, dapat dilakukan warga untuk menyelamatkan diri sebelum tsunami menerjang.
Terkait dengan hal tersebut, iapun menghimbau masyarakat khususnya yang berada di pesisir pantai selatan agar jangan abai, tetapi juga tidak perlu lebay. “Kita tidak boleh abai karena bencana alam ini tidak bisa diprediksi kapan akan datang. Tapi kita juga jangan lebay atau berlebihan dengan kondisi yang akan terjadi. Insya Allah kita bersama-sama akan terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat,” pungkas Dede. (Dia)