Beranda » Gamelan Digital Iringi Purnawiyata SMPN 39 Purworejo, Kepala Sekolah: Berkreasi di Tengah Keterbatasan Sarpras

Gamelan Digital Iringi Purnawiyata SMPN 39 Purworejo, Kepala Sekolah: Berkreasi di Tengah Keterbatasan Sarpras

KALIGESING, Suasana haru dan bangga menyelimuti SMPN 39 Purworejo yang terpencil, saat sekolah yang berada di perbukitan ini menyelenggarakan upacara Purnawiyata bagi 45 siswa kelas 9. Pada Senin (2/6/2025), dari sekolah yang berada di lereng Bukit Menoreh yang sejuk di Desa Sudorogo, Kecamatan Kaligesing, mengalun gamelan elektronik hasil karya siswa kelas 8 saat acara purnawiyata berlangsung.

Iringan gamelan digital (e-gamelan) yang dimainkan oleh delapan siswa kelas 8 ini paling menarik perhatian, menciptakan nuansa budaya yang autentik meski dengan sarana yang serba digital. Hal ini membuktikan bahwa semangat dan inovasi mampu mengatasi minimnya fasilitas.

Kepala SMPN 39, Prastowo Widagdo menyebutkan, sekolah yang memiliki jumlah siswa paling sedikit di Kabupaten Purworejo ini hanya menampung 115 siswa untuk tiga jenjang kelas.

Tak hanya keterbatasan jumlah siswa. Sekolah ini juga minim sarana prasarana penunjang kegiatan, termasuk seni karawitan. Namun keterbatasan tersebut justru mampu menciptakan kreativitas siswa. Dipelopori oleh Guru Seni Budaya, Elisa Dwi Pratetya dan kepala sekolah serta semua panitia yang terlibat, mengalunlah gending gending Jawa dari gamelan elektronik dari HP para siswa pada acara yang digelar setahun sekali itu.

“Kami menyadari betul posisi kami sebagai sekolah pinggiran dengan segala keterbatasannya. Tapi, justru ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk berinovasi dan bertransformasi digital, selaras dengan program pemerintah,” ujar Prastowo saat dihubungi Purworejo News, Selasa (3/6/2025).

Kepala SMPN 39, Prastowo Widagdo

Ia menambahkan, meski bukan terbuat dari perunggu dan kuningan, E-gamelan ini adalah bukti nyata semangat dan rasa yang dihadirkannya tetaplah gamelan Jawa. “Ini adalah budaya Jawa yang ingin kami lestarikan pada generasi muda di sini,” imbuhnya.

Selain dimainkan saat acara pembuka, E-gamelan juga mengiringi acara puncak pemanggilan satu per satu ke-45 siswa untuk menerima simbol kelulusan berupa samir yang dikalungkan oleh kepala sekolah.

Diiringi alunan E-gamelan yang dimainkan dengan penuh konsentrasi oleh tim kelas 8, setiap langkah siswa menuju panggung terasa lebih khidmat. Laras-laras digital slendro dan pelog mengalun, menggantikan denting metalofon tradisional, namun mampu membangkitkan emosi yang sama.

Keriangan wali murid yang hadir menyelingi keharuan saat putra putri mereka dipanggil menuju panggung, menandakan keberhasilan menuntaskan pendidikan menengah di SMPN 39.

Prastowo pun mengapresiasi inisiatif guru seni budaya dalam melatih siswa kelas 8 untuk menguasai instrumen E-gamelan dan menampilkannya pada acara purnawiyata. Hal ini tidak hanya menjadi solusi cerdas atas ketiadaan gamelan fisik, tetapi juga menjadi bagian dari pembelajaran seni budaya yang relevan dan mengakselerasi transformasi digital di sekolah yang jauh dari kota.

Purnawiyata SMPN 39 tahun 2025 ini menjadi sebuah narasi inspiratif yang bercerita tentang dedikasi guru di daerah terpencil. Kreativitas mengolah keterbatasan menjadi keunikan. Juga siswa yang tetap bersemangat belajar di tengah tantangan geografis . Selain juga komitmen untuk tetap menghidupkan budaya lokal dengan memanfaatkan teknologi.

Dari lereng Menoreh yang sejuk, alunan gamelan digital bukan sekadar pengiring perpisahan, melainkan simfoni kemajuan dan kebanggaan sekolah kecil yang berjiwa besar. Prastowo berharap para siswa tetap bersemangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Dia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *