BUTUH, Dawet Hitam Jembatan Butuh Purworejo luar biasa ramai di saat musim lebaran, termasuk tahun ini. Ratusan bahkan ribuan pembeli datang silih berganti dari pagi hingga sore hari, memadati sepetak area dawet hitam Pak Wagiman yang berada di sisi timur Jembatan Butuh. Mobil-mobil berplat luar kota, terutama Jakarta mendomisili pelataran parkir.
Menurut penuturan Wawan, salah satu penjual mengatakan, dawet hitam Jembatan Butuh buka sejak hari pertama lebaran mulai pukul 08.00 hingga sore hari. “Sebelum lebaran harganya Rp6 ribu, sekarang Rp7 ribu. Santan kelapanya mahal,” ujarnya sambil melayani pembeli pada Rabu (3/4/2025) sore.
Saking banyaknya pembeli, ia bahkan tidak bisa menghitung berapa bungkus rata-rata yang dijual dalam tiga hari selama lebaran. Yang jelas jumlahnya berlipat-lipat dari hari biasanya.

Pada bagian bangunan semi permanen ada dua penjual. Satu orang melayani pembeli yang ingin makan di tempat, dan lainnya meladeni mereka yang ingin dawet hitamnya dibungkus atau dibawa pulang.
Mereka duduk di bangku kecil sambil melayani pembeli. Saking banyaknya pembeli, Wawan mengaku hanya berdiri beberapa saat untuk menghilangkan penat untuk kemudian kembali duduk melayani pembeli. Adapun satu bagian lagi yang berada di tenda, melayani pembeli yang makan di tempat.
Rata-rata para pembeli datang bersama keluarga. Ada juga yang membeli dawet hitam untuk dibawa ke kota asal. Seperti Manda (28), wanita asal Purworejo yang Hendak pulang ke Cikarang. Ia membawa wadah khusus untuk tempat dawet hitam kesukaannya.
Tak hanya dawet hitam. Di Lokasi tersebut juga dijual tempe goreng yang dapat dinikmati pembeli sambil menunggu pesanan dawet hitam disajikan. Meski hanya sebagai tambahan menu, namun tempe goreng Jembatan Butuh cukup diminati. Dengan harga Rp2.500 per buah, gorengan pun habis beberapa saat setelah disajikan. (Dia)