PURWOREJO, Selama lima hari yakni mulai Sabtu hingga Rabu (29/6 – 3/7) sebanyak 52 anggota Pramuka se-Jawa Tengah mengikuti Gladi Tangguh Ubaloka 2024. Kegiatan ini merupakan acara pelatihan intensif yang diselenggarakan di Sanggar Bakti Kwarcab Purworejo dan Kehati Heroes Park. Acara pembukaan dihadiri oleh Ketua Kwarcab Purworejo Wasit Diono beserta pengurus kwarcab.
Usai acara, Wakil Ketua Bina Muda Pramuka Kwarcab Purworejo, Tamsir Marsudi memberikan penjelasan. Kepada Purworejo News, Tamsir menyebutkan, Ubaloka merupakan unit bantu pertolongan pramuka yang bergerak di bidang pertolongan kondisi darurat kebencanaan seperti banjir, longsor, maupun kebakaran.
“Purworejo merupakan daerah rawan bencana karena memiliki pantai yang rawan tsunami, kemudian perbukitan atau pegunungan yang rawan tanah longsor, dan juga termasuk rawan banjir. Di wilayah lain juga begitu. Jadi kegiatan ini semacam diklat bagi anggota Pramuka se-Jawa Tengah yang menegaskan pentingnya persiapan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,” ucap Tamsir saat ditemui di Sanggar Bakti Pramuka pada Kamis (4/7).
Lebih lanjut, Tamsir didampingi ketua Dewan Kerja Cabang (DKC) Kabupaten Purworejo Anang Prasetyo dan Ketua Panitia Arizky Arta Dwi Maulana, menyampaikan, gladi yang diadakan dua tahun sekali ini diikuti oleh 52 peserta baik Penegak maupun Pandega terdiri atas 32 putra dan 19 putri.
Mereka berasal dari 39 peserta Kwarcab Purworejo dan 13 dari luar daerah. Meliputi empat peserta dari Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Wonosobo, dan Temanggung masing-masing dua peserta, dan tiga dari Dewan Kerja Daerah atau DKD Jawa Tengah.
Tamsir menambahkan, selama lima hari peserta yang melaksanakan kemah itu diberi materi yang komprehensif. Meliputi Ubaloka, Organisasi Penanggulangan Bencana, Sistem SAR di Indonesia, Medical First Responden, Jungle Rescue, High Angle Rescue Technique, Water Rescue, Pemadam Kebakaran, dan Dapur Umum.
“Materi melibatkan pelatih profesional sesuai bidangnya. Yakni dari Kodim 0708, PMI Kabupaten Purworejo, BPBD, Satpol PP Damkar, dan petugas dari Tagana,” ucap Tamsir. Tak hanya mendapatkan teori, para peserta juga mempraktekkan ilmu yang diperoleh di lapangan. Mereka memiliki kesempatan untuk menguji dan mengembangkan keterampilan praktis.
Melalui kegiatan seperti ini, Tamsir berharap Pramuka memiliki satu unit khusus untuk memberikan layanan saat ada kondisi darurat. “Ini kita persiapkan meskipun harapannya tidak dipakai atau hanya sebagai antisipasi saja. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun keandalan serta responsivitas masyarakat terhadap bencana,” jelasnya.
Acara penutupan dilakukan dengan tradisi menyiram air bunga kepada para peserta oleh Wakil Ketua Bina Muda. “Semoga para peserta dapat menjadi agen perubahan yang siap beraksi dan memberikan dampak nyata dalam upaya mitigasi dan tanggap darurat di wilayah masing-masing,” tandas Tamsir. (Dia)