KALIGESING, Pucungroto merupakan desa di wilayah Kecamatan Kaligesing yang berada di dataran tinggi. Lokasinya dapat ditempuh sekitar 45 menit dari kota Purworejo. Di area yang dilingkupi oleh hutan pinus, salah satunya terdapat tempat wisata bernama Cangkring Park.
Setelah sempat mati suri akibat pandemi, perlahan tempat ini kembali bangkit dengan menyuguhkan paket wisata. Salah satunya sajian tarian jathilan di belantara hutan pinus dibalut dengan udara sejuk. Layaknya menikmati festival jazz gunung, tempat ini juga menyajikan sensasi yang serupa terutama bagi penikmat seni.
Seperti saat Purworejo News bersama rombongan dari Dinas Poparar Kabupaten Purworejo mengunjungi tempat tersebut pada Selasa (4/6). Iringan alat musik tradisional berupa kendang, tiga buah bendhe, dan bedug menjadi harmoni yang berpadu dengan tarian Kudho Wiromo yang dibawakan oleh penari putra.
Dengan menunggang kuda mainan yang disebut jaran onclok, mereka menari seiring irama musik tradisional yang menggema, memecah kesunyian hutan, di sela ratusan pohon pinus yang berbaris kokoh menjadi benteng alam.
Pengelola Cangkring Park, Fathoni (Nonik) menjelaskan, tarian Kudho Wiromo merupakan kesenian jathilan yang sudah ada di desa Pucungroto sejak tahun 1954. “Sampai sekarang sudah lima generasi yang diturunkan oleh Simbah Sastro sebagai pendiri,” jelasnya. Adapun anggota kelompok tari tradisional ini menurut Nonik, ada sekitar 40 anggota. Kesenian tradisional ini pun konon sudah terdaftar di Dindikbud pada tahun 2003.
Tak hanya disuguhi jathilan khas Desa Pucungroto, pada paket wisata yang ditawarkan, juga terdapat kegiatan edukasi berupa pembuatan sayuran tradisional blibar, produksi gembel atau geblek sambel, serta proses pembuatan gula aren di rumah penduduk setempat.
Paket wisata tersebut ditawarkan seharga Rp 187.000 per orang dengan jumlah minimal 20 orang. Fasilitas yang disediakan berupa makan siang, snack dua kali, transportasi, dan pemandu. Wisatawan akan dapat langsung melihat proses produksi sekaligus mencicipi aneka makanan khas tersebut, termasuk pengenalan kesenian jathilan.
Selain itu pengelola wisata juga menyediakan paket menginap senilai Rp 350.000 per orang dengan fasilitas homestay, makan dan snack tiga kali, transportasi, dan pemandu. Adapun tambahan wisata yakni edukasi pembuatan klethik Jawa semacam klanting, kopi khas Pucungroto, mengunjungi peternakan kambing, serta menyaksikan seni pertunjukan jathilan termasuk kesempatan untuk menjajal menjadi penari.
Anda yang hanya ingin menikmati kesejukan hutan pinus di Cangkring Park, cukup merogoh kocek Rp 5.000. Selain disediakan area parkir, Angkring Park juga dilengkapi fasilitas aula, kamar mandi, mushola, serta listrik. Di hari libur akhir pekan, pengelola juga menyediakan kendaraan ATV, mini trail, dan sepeda.
Nonik menjelaskan, harga sewa ATV hanya Rp 15.000 untuk dua kali lintasan di area hutan pinus. Area ini juga dapat digunakan untuk camping dengan kapasitas sekitar 30 tenda/dome. Pengelola juga menyewakan tenda Rp 50.000 termasuk kompor.
Kabid Pemasaran Pariwisata Dinporapar melalui PPTK bidang Pemasaran, Aris Suryanto menjelaskan, kegiatan uji paket wisata dilakukan selama 10 hari di 10 desa di Kabupaten Purworejo, salah satunya di Desa Pucungroto.
“Tujuannya agar desa yang dikunjungi semakin berkembang dan dapat menjual paket wisatanya. Ini dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisata di masing-masing obwis. Dinas hanya memfasilitasi dan mendorong pihak desa membuat paket wisata,” jelas Aris.
Tak hanya itu. Dinporapar juga melakukan upaya lain melalui pelatihan kepada pemandu wisata. Kegiatan seperti ini menurut Aris, akan kembali dilakukan di tahun mendatang. (Dia)