PURWOREJO, Banyak kisah menarik dan inspiratif seputar mereka yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji. Dengan berbagai cara mereka berusaha menggapai mimpi agar bisa menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Seperti yang dikisahkan oleh salah satu calon jemaah haji lansia asal Desa Kaliwader Kecamatan Bener, yakni Wagiyem (73).
Meski pada KTP yang digunakan untuk mendaftar haji tertera Wagiyem lahir pada tahun 1931 alias telah berusia 93 tahun, namun kepada Purworejo News, nenek 10 cucu dan satu cicit itu mengaku lahir pada tahun 1951 atau saat ini berusia 73 tahun. “Karang mboten ngerti niku kok teng KTP tulisane tahun 1931, padahal kulo lahir tahun 1951,” tutur Wagiyem saat ditemui Purworejo News di rumahnya pada Sabtu (30/4).
Mbah Yem pun menceritakan perjuangannya untuk bisa mendaftar haji hingga keberangkatannya tahun ini. Pekerjaan sehari-hari ibu empat anak itu yakni membuat besek dan beternak kambing.
Ia mengaku mendaftar haji pada tahun 2018. Untuk membayar uang muka sebesar Rp25. 100.000, diperoleh dari hasil menjual kayu yang pohonnya ditanam di pekarangannya. Sebagian uang hasil penjualan, disisihkan untuk membeli kambing yang ia ternakkan bersama anak-anaknya hingga sekarang.
Keuntungan dari menjual anak kambing (cempe) yang diternakkan berkisar Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Hasil penjualan kambing tidak pernah ia gunakan, melainkan dititipkan anaknya untuk biaya pelunasan haji. Hal tersebut dilakukan selama beberapa tahun.
Tidak disangka, Wagiyem yang semula dijadwalkan berangkat tahun 2030, mendapat kesempatan tahun 2024 ini. Mengetahui kabar tersebut wanita lansia yang hidup sendiri itu mengaku kaget bercampur senang. “Kulo nggih mak degh, durung mangsane kok wis dikon mangkat. Tapi nggih Alhamdulillah ra ketang pecicilan,” ungkapnya.
Meski sudah berusia senja, Wagiyem masih terlihat gesit. Ia tinggal sendiri di sebuah rumah yang sangat sederhana hasil bantuan bedah rumah, berlantai semen dengan dinding bata. Koper haji dari panitia penyelenggara serta beberapa lembar pakaian pun tergeletak di karpet plastik yang digelar di bagian ruang tamu rumah tersebut.
Selain beternak kambing, Wagiyem yang telah empat kali menikah itu juga membuat besek. Uang hasil membuat besek sekitar Rp50 ribu per minggu digunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk sedekah saat mengaji di lingkungan desa.
Wagiyem terbukti rela hidup prihatin demi mewujudkan mimpinya untuk dapat menunaikan ibadah haji. Wagiyem yang enam tahun lalu mendaftar haji, mendapatkan percepatan waktu enam tahun dari rencana semula berangkat, yakni tahun 2030 yang akan datang.
Terkait dengan persiapannya menjelang keberangkatan ke tanah suci, Wagiyem mengaku rajin mengikuti pelatihan di KBIH. Selain itu ia juga rutin kontrol kesehatan dan minum obat serta vitamin dari dokter karena dirinya punya riwayat penyakit darah tinggi.
Saat ditanya tentang doa-doa yang akan dilafadzkan di tanah suci, Wagiyem mengaku tidak menghafal doa tertentu. “Doa niku mboten kedah ngangge bahasa arab, sing penting diucapke. Ngangge boso Arab nek mboten ngerti artine nggih malah mboten khusyu,” ujarnya sambil tersenyum.
Wagiyem merupakan calon jemaah haji Kabupaten Purworejo kloter 6 yang akan berangkat pada tanggal 12 Mei mendatang bersama 351 orang lainnya. Kloter 7 yang berjumlah 286 orang pun akan berangkat di tanggal yang sama. Adapun kloter 5 sebanyak 15 orang akan berangkat tanggal 11 Mei. Tahun ini Kabupaten Purworejo memberangkatkan 658 orang. (Ita)
Alhamdulillah..
Semoga semua rukun, wajib, dan sunnah2nya dilancarkan, dimudahkan, kundur ngasto predikat haji mabrur..Aamiin
#simbahnya cantik