PURWOREJO, Tari Jaran Bolong diciptakan berdasarkan misi ketiga Bupati Purworejo, yakni meningkatkan daya saing pertumbuhan ekonomi daerah berbasis UMKM, perdagangan, industri serta potensi pariwisata dan seni budaya. Tari ini berkaitan dengan Program unggulan Tresno Budoyo atau Cintai Budaya, bertujuan untuk melestarikan kebudayaan khas yang memperkuat daya tarik wisata di Kabupaten Purworejo.
Tari Jaran Bolong atau kuda berlubang ini memiliki makna tersendiri. Kuda adalah simbol semangat dan Bolong adalah simbol keterbukaan hati masyarakat Purworejo. Sehingga tarian ini merupakan semangat dari keterbukaan masyarakat Purworejo.
Tarian yang memiliki durasi pementasan selama tujuh menit ini menggunakan properti kuda yang terbuat dari anyaman bambu. Bentuk properti kuda pada Tari Jaran Bolong memiliki kekhasan tersendiri, yakni arah kepala kuda yang dibuat lurus ke depan. Hal itu sebagai simbol masyarakat Purworejo yang selalu bersemangat untuk maju dan berkembang ke depannya.
Bentuk tersebut merupakan paduan dari properti kuda yang digunakan pada kesenian Incling yang arah kepalanya mendongak ke atas atau disebut onclong dan properti Kuda Kepang yang kepalanya menunduk.
Adapun kekhasan yang lainnya adalah pelana kuda yang dibuat bolong atau berlubang lebar sebagai simbol keterbukaan masyarakat Purworejo pada perkembangan jaman dan pengaruh budaya luar terutama wilayah perbatasan. Yaitu Kabupaten Kebumen di sisi barat, Wonosobo di sisi barat laut dan utara, Magelang di sisi utara, dan Kabupaten Kulonprogo di sisi timur. Keterbukaan atau bolong ini melahirkan keragaman seni dan budaya, namun tetap memiliki ciri dan kekhasan tersendiri.
Selain kekhasan properti kuda, Tari Jaran Bolong memiliki ciri khas lain berupa penggunaan properti topeng Penthul dan Jèlèh yang merupakan tokoh kocak yang berperan sebagai penyebar informasi dan penghibur. Ini merupakan gambaran nyata masyarakat Purworejo yang mampu beradaptasi dalam kondisi apapun, rendah hati, dan terbuka pada dunia luar.
Terkait busana, para penari Jaran Bolong mencirikan kekhasan wilayah yang berbasis pertanian yaitu celana dan baju hitam serta ikat kepala. Dominasi warna hitam sebagai simbol kekuatan dan kebijaksanaan, sedangkan ornamen merah putih sebagai simbol gula kelapa, keberanian dan kesucian.
Tari Jaran Bolong diiringi paduan dari berbagai musik pengiring kesenian tradisional Kuda Kepang di wilayah Kabupaten Purworejo. Salah satunya Bendhé Pongjir sebagai representasi kesenian Kuda Kepang dari wilayah pegunungan dan angklung dari wilayah Purworejo yang berada di dataran rendah.
musik ik Tari Jaran Bolong dipadupadankan dengan alat musik pengiring Kesenian Rakyat khas Kabupaten Purworejo yaitu Dolalak, dengan harmonisasi jalinan musik yang diperkuat kendhang, kempul, dan gong.
Tari Jaran Bolong merupakan produksi Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. Tarian ini murni disusun oleh para seniman terbaik Purworejo. Selain itu juga melibatkanTim pengkaji dari ISI Surakarta yang dalam penelitian awal melibatkan Mahasiswa ISI Surakarta yang merupakan putra daerah Purworejo.
Keistimewaan lainnya, penggalian filosofi tari ini melibatkan narasumber dari para sesepuh Purworejo, mantan pamong budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo yaitu Marwoto, F. Untariningsih, Wardoyo, dan Eko Marsono.
Dibawah Koordinator Rianto Purnomo, Tari Jaran Bolong dibawakan oleh 11 penari putra. Yakni Rayhan Dwi Wicaksono (Mudalrejo, Loano), Widya Purnomo (Cangkreplor, Purworejo), Tri Sutiono (Bapangsari, Bagelen), Latif Cahyanto (Cangkrep Lor, Purworejo), Eka Yuli Prasetyo (Soko, Bagelen). Berikutnya, Rangga Satya.(Piji, Bagelen), Alfan Kurniawan (Soko, Bagelen), Krisna Dana Putra Sumarna (Soko, Bagelen), dan Bagas Sandi Saputro (Cangkrep Lor, Purworejo).