Beranda » Luar Biasa, Siswa SMAN 2 Purworejo Anak Penderes, Dapat Beasiswa 6 Universitas Top di Belanda, Kanada, dan Australia

Luar Biasa, Siswa SMAN 2 Purworejo Anak Penderes, Dapat Beasiswa 6 Universitas Top di Belanda, Kanada, dan Australia

KUTOARJO, Prestasi membanggakan ditorehkan oleh salah satu siswa SMAN 2 Purworejo. Rhafi Sukma Zaskyanto, siswa kelas 12 MIPA 2 berhasil mendapatkan enam Letter of Acceptance (LoA) sekaligus dari kampus top luar negeri. Keenam kampus tersebut berada di negara Belanda, Kanada, dan Australia. Ayah Rhafi yakni Suradi (49) merupakan seorang penderes (penyadap air nira).

Kepala SMAN 2, Fitarini kepada Purworejo News menuturkan, keenam universitas luar negeri yang menerima Rhafi yakni University of British Columbia di Kanada, Wanginen University and Research di Belanda, University of Sydney di Australia, University of Western Australia, Curtin University, dan University of New South Wales di Australia. Pilihan studi yang diambil pun termasuk yang sulit ditembus. Yakni teknik pertambangan di tiga universitas Australia, teknik kedirgantaraan, atmosfer air tanah di Belanda, dan bidang ilmu pengetahuan di universitas Kanada.

Fita menuturkan, minat Rhafi di bidang sains dan teknologi diasah melalui ajang kompetisi Olimpiade Sains Nasional (OSN). Perjuangannya pada kompetisi bergengsi OSN pada tahun 2022 berbuah manis dengan berhasil lolos ke tingkat nasional. Event ini membawa sulung dari tiga bersaudara ini mendapat berbagai tawaran untuk berkuliah di luar negeri dengan beasiswa, walaupun belum mendapatkan medali.

“Akhirnya, pada tahun 2023 Rhafi berhasil meraih medali perak bidang astronomi. Ia juga sekaligus memperoleh penghargaan berupa ‘Best Observation’ dalam ajang OSN tingkat nasional yang digelar di Bogor September tahun lalu,” kata Fita kepada Purworejo News, Kamis (20/6).

Rhafi bersama kepala SMAN 2 dan teman-temannya

Selama mengikuti kegiatan kompetisi tersebut, Rhafi yang tinggal di RT 1 RW 2 Desa Wareng, Kecamatan Butuh itu mendapat berbagai tawaran untuk berkuliah di luar negeri dengan beasiswa. Tawaran tersebut digunakan dengan tepat hingga akhirnya ia memilih untuk mengikuti seleksi Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Batch 3.

Menurut Vita, perjuangan Rhafi untuk mendapat beasiswa tersebut dimulai pada November 2022 saat mengikuti seleksi tertulis dan wawancara di Semarang untuk diambil 15 terbaik se-Jawa Tengah. Rhafi pun berhasil lolos ke tahap berikutnya. Di Bulan Januari hingga Desember 2023, Rhafi mengikuti pembinaan terpusat Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Batch 3 di Bali untuk 50 anak dari 3 provinsi, yakni Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Bali.

Kegiatan Rhafi di Bali antara lain meliputi kursus Scholastic Aptitude Test (SAT), Bahasa Inggris, dan bimbingan projek sosial ataupun menghadiri guest lecture. Di bulan Januari hingga Juli 2024, pembinaan pindah ke Jakarta, dan lebih fokus pada kegiatan pengembangan materi sains dan akademik.

Rhafi mulai melakukan apply ke beberapa perguruan tinggi di luar negeri pada November 2023 hingga awal tahun 2024. Di bulan Januari hingga Maret ia mendapat enam LoA atau surat penerimaan dari universitas luar negeri. Sekitar bulan April dan Mei 2024 Rhafi melakukan pengajuan pengajuan LoA ke Pusat Prestasi Nasional (Pusprenas) untuk mendapat LoS (Letter of Statement) beasiswa.

Hingga saat ini Rhafi masih menunggu pengumuman pada Juli 2024, dengan kandidat kampus yang diajukan yaitu University of British Columbia Bach of Science, atau University of Sydney Bach of Space Engineering.

Rhafi bersama Prof. Yohanes Surya

“Waktu dapat kabar diterima, awalnya sih ekspektasinya kayaknya bakal berat sekali nanti bimbinganya dan sempat minder karena yang diterima pasti dari keluarga yang mampu. Tapi saya bisa beradaptasi dan saya bisa mengikuti dengan baik,” tutur Rhafi.

Ia mengaku bahwa keinginan untuk berkuliah di luar negeri ini di luar rencananya. “Bisa dibilang dulu saya bukan tipe ambisius, jadi jarang mikir cita-cita. Tapi dulu beberapa kali terpikir jadi peneliti, dan gak punya bayangan untuk kuliah di luar negeri,” tuturnya.

Rhafi juga merasa ragu-ragu terhadap hasil keputusan atas penerimaan beasiswanya. Ia sempat skeptis juga kalau bakal lolos, apalagi menurutnya pengumuman beasiswa tersebut belum ditentukan waktunya.

Rhafi juga bertemu dengan salah satu mentor, Prof. Yohanes Surya yang berpesan kepadanya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan. “Kalau kemarin Prof. Yohanes Suya berpesan jangan sia-siakan kesempatan, IPK nya 4.0 jangan ada yang 2, nanti menyusahkan adik-adik kelasnya,” ungkap Rhafi.

Dibalik kesuksesan Rhafi, Rhafi mempunyai prinsip dalam hidupnya. “Prinsip saya cukup kurangi nethink (negative thinking), kadang yang buat susah itu karena nethink yang berlebihan, yang padahal sebenarnya bisa dilalui dengan lancar,” ucap Rhafi. (Dia)

Loading