BENER, Kecelakaan maut di ruas jalan raya Kalijambe Kecamatan Bener beberapa waktu lalu sehingga menyebabkan 12 nyawa melayang, seolah menjadi klimaks rentetan kejadian serupa di seputaran area yang mendapat julukan jalur tengkorak tersebut. Bahkan tak sampai seminggu, kecelakaan di lokasi yang sama kembali terjadi. Meski tak menimbulkan korban jiwa, namun mengakibatkan kerugian materiil yang tak sedikit.
Beberapa masukan dan solusi pun bermunculan agar kecelakaan serupa tidak berulang. Salah satunya dari Anggota Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAPI) Jawa Tengah, Netra Asmara Sakti. Kepada Purworejo News, Netra yang pernah menjabat sebagai Camat Bener ini memberikan analisis berdasarkan pengamatan yang dilakukan di area rawan kecelakaan, Dukuh Sorogenen, Desa Kalijambe.
Alumni Magister Teknik Perencanaan Wilayah Kota Undip ini pun membeberkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Rabu (14/5/2025). Pertama, kepadatan transportasi pada Rabu pagi. Dalam jangka waktu 10 menit, jalan tersebut dilewati 132 kendaraan, mulai truk roda enam, bus, minibus, hingga kendaraan roda dua.

Tanjakan Kalijambe Purworejo Jadi Area Kritis, Netra Asmara Sakti Beri Analisis
“Kepadatan biasanya akan meningkat drastis dalam kondisi jam berangkat dan pulang kerja, atau karena situasi tertentu,” tutur Netra.
Dalam ukurannya, panjang tanjakan dari Margoyoso Magelang sampai area rawan laka kejadian sepanjang 500 meter dengan dua tikungan landai dan satu tikungan tajam. Adapun kemiringan jalan diperkirakan di atas 15 derajat.
Netra pun mencatat ada penyempitan jalan dari arah Margoyoso. Kondisi jalan dua jalur tiga lajur menyisakan sepanjang 150 meter menyempit menjadi hanya dua jalur satu lajur sampai lokasi Sorogenen, Kalijambe. Hal ini bisa memicu rawan laka lantas dengan kondisi jalan turun dan menikung.
Dengan kondisi seperti itu, Netra berharap dua jalur dua lajur sisi barat bisa menyambung sampai area aman selatan area laka. Tak hanya itu, kantong jalur penyelamatan di dua titik dari turunan Margoyoso sampai area rawan laka juga sangat dibutuhkan. “Kantong jalur penyelamatan penting untuk truk yang dirasa sulit mengatur rem bisa masuk di area kantong penyelamatan,” jelasnya.
Netra juga memberikan solusi dua lajur arah naik sebelah barat di area rawan laka di Sorogenen Kalijambe agar segera dibangun agar truk muatan berat yang naik dan biasanya melenggang ke kanan tidak harus menghentikan kendaraan dari lawan arah. Dengan demikian truk muatan berat yang menurun dari arah utara bisa mengatur rem hingga sampai bawah tidak harus berhenti mendadak, yang bisa mengakibatkan rem blong.
Sebenarnya peran masyarakat setempat juga sudah teruji di area ini, berupa kearifan lokal masyarakat Sorogenen. Selama ini pemuda dan masyarakat bersemangat membantu pengamanan kelancaran transportasi di area rawan laka. Derek sederhana juga sudah dimiliki oleh pemuda Sorogenen. Yakni menggunakan derek kayu untuk membantu menderek mobil minibus.
Meski demikian masih dibutuhkan lagi alat bantu pengamanan jalan untuk mendukung aktivitas masyarakat. Selain itu jika dibutuhkan perlu ada mobil URC yang siap sedia di lokasi mengingat seringnya kejadian laka di area tersebut.
Hal lain yang tak kalah penting menurut Netra, yakni dibangunnya rest area yang memadai, terang, dan aman di sekitar jalur itu. Termasuk tempat istirahat sesaat bagi para supir. Juga kantong parkir naik turun penumpang masyarakat Sorogenen yang perlu diupayakan di depan pintu masuk jalan kampung. Hal itu agar tidak menghambat laju kendaraan dari arah utara satu lajur. (Dia)