Dalam dinamika kehidupan modern, pengelolaan keuangan menjadi seni yang harus dikuasai oleh setiap individu. Harga kebutuhan pokok yang terus meningkat, melonjaknya harga properti, beban pajak yang beragam, serta kebutuhan akan asuransi dan pendidikan yang semakin kompleks menjadi tantangan nyata bagi banyak orang. Ditambah lagi dengan perubahan variabel keuangan global yang tidak menentu, kemampuan mengelola keuangan dengan bijak menjadi semakin penting. Kemampuan tersebut memang bukan mata pelajaran utama yang harus ada pada pendidikan dasar.
Namun, di era yang serba dinamis ini, persoalan uang bukan lagi semata-mata urusan orang dewasa. Justru, literasi keuangan seharusnya menjadi bagian penting dari pembentukan karakter dan keterampilan hidup generasi muda, membekali mereka dengan pemahaman yang mendalam untuk menghadapi tantangan finansial di masa depan, sekaligus membantu menciptakan generasi yang lebih mandiri secara ekonomi.
Saat ini, upaya peningkatan literasi keuangan di kalangan pelajar menjadi fokus utama berbagai pihak. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun telah mengambil langkah konkret untuk memulai dan menggerakkan inisiatif penting ini dengan meluncurkan Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) secara masif dan merata di seluruh daerah melalui kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga pelaku usaha jasa keuangan.
Hal ini tentu perlu disambut baik khususnya oleh pemerintah daerah, yang memiliki peran strategis dalam menggandeng institusi pendidikan serta pihak terkait untuk menyampaikan pengetahuan dasar keuangan kepada generasi muda. Selain itu, OJK juga menyoroti kelompok masyarakat rentan keuangan yang perlu mendapat perhatian khusus seperti kaum perempuan, pemuda dan pelajar, UMKM, masyarakat 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar), serta kelompok disabilitas dan pekerja migran Indonesia, agar terhindar dari maraknya aktivitas keuangan illegal, penipuan, dan judi online.
Setelah menyadari pentingnya literasi keuangan bagi pelajar dan generasi muda, muncul pertanyaan: jenis literasi keuangan apa saja yang sesuai untuk diajarkan kepada pelajar, dan pada jenjang kelas berapa sebaiknya materi ini mulai diperkenalkan? Selain itu, pendekatan apa yang paling efektif untuk memastikan bahwa literasi keuangan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh pelajar dari berbagai tingkat usia?
Menjawab pertanyaan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan karakteristik setiap jenjang pendidikan, sehingga program literasi keuangan dapat dirancang secara bertahap dan relevan. Pendekatan interaktif dan aplikatif, seperti simulasi, permainan edukasi, atau studi kasus sederhana, dapat menjadi cara menarik untuk membangun pemahaman yang kuat sekaligus memotivasi pelajar untuk menerapkan literasi keuangan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini merupakan contoh-contoh kegiatan literasi keuangan yang dapat diterapkan untuk pelajar:
1. Simulasi pengelolaan keuangan pribadi. Siswa diberikan “penghasilan” bulanan berupa uang virtual dan diminta membuat rencana anggaran, termasuk alokasi untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, hiburan, dan dana darurat. Tujuannya mengajarkan siswa cara mengelola keuangan dan pentingnya menabung serta memprioritaskan kebutuhan.
2. Permainan edukasi keuangan (Board Game atau Digital Game). Permainan seperti Cashflow atau Monopoly yang disesuaikan untuk mengajarkan pengelolaan aset, investasi, dan risiko keuangan. Tujuannya membuat pembelajaran keuangan menjadi lebih menyenangkan dan interaktif.
3. Kompetisi proposal bisnis atau kewirausahaan. Siswa diminta membuat rencana bisnis sederhana, termasuk proyeksi keuangan, pemasaran, dan biaya. Kegiatan ini bisa disertai dengan modal kecil untuk mewujudkan rencana mereka. Tujuannya mengembangkan pemahaman tentang investasi, laba, dan pengelolaan usaha.
4. Workshop keuangan keluarga. Siswa diberi tugas untuk mewawancarai orang tua atau wali tentang cara mereka mengatur keuangan rumah tangga, hasilnya kemudian dibahas di kelas. Tujuannya menghubungkan teori dengan praktik nyata dalam pengelolaan keuangan keluarga.
5. Seminar dan webinar keuangan. Yamni dengan mengundang praktisi keuangan atau wirausahawan muda untuk berbagi pengalaman tentang pentingnya literasi keuangan. Tujuannya untuk memberikan wawasan langsung dari pengalaman nyata. Topik-topik yang dibahas misalnya jenis-jenis produk keuangan seperti tabungan, deposito, pinjaman, serta produk investasi yang aman bagi pelajar atau pemula. Pelajar juga perlu diperkenalkan pada modus-modus penipuan yang berkedok investasi dan cara mengantisipasinya.
Dengan literasi keuangan yang lebih baik, pelajar tidak hanya mampu memahami konsep dasar keuangan, tetapi juga mengembangkan kebiasaan pengelolaan uang yang bijak sejak dini. Literasi keuangan yang kuat akan membantu mereka membuat keputusan finansial yang tepat, menghadapi tantangan ekonomi, dan merencanakan masa depan dengan lebih percaya diri.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, kita dapat menciptakan generasi yang lebih cerdas secara finansial, mandiri secara ekonomi, dan siap membangun masa depan yang lebih sejahtera, inklusif, dan berkelanjutan. (**)