Banyak Senjata Tajam di Museum Tosan Aji Purworejo, Guru SLB Beri Masukan

PURWOREJO, Dua guru SLB Negeri Purworejo, Vionita dan Putri Wahidah serta Eko Toto memberikan masukan kepada pengelola Museum Tosan Aji. Salah satunya dengan banyaknya senjata tajam seperti keris dan tombak, yang bagi anak autis bisa mudah diakses atau disentuh. Hal itu dinilai membahayakan sehingga diperlukan pengamanan lokasi. Misalnya diberi kaca atau dikelilingi rantai atau pembatas di sekitar area lokasi senjata tajam bernilai sejarah tersebut.

Selain itu, mereka juga menyoroti kurangnya sarpras khususnya untuk tuna netra. “Belum ada teks Braile untuk keterangan benda bersejarah di Museum Tosan Aji ini. Termasuk belum ada guiding block untuk tuna netra,” ucap Vionita saat diundang dalam acara Sewon at Museum Tosan Aji, Senin (29/9/2025) malam.

Dalam masukan yang disampaikannya, ia menambahkan, bagi pengunjung tuna grahita, Museum Tosan Aji juga belum ada penerjemah. Selain itu, bagi pengunjung tuna daksa, juga belum ada fasilitas kursi roda untuk mobilitas mereka.

Menanggapi hal tersebut, Kadindikbud Purworejo, Yudhie Agung Prihanto yanng hadir sebagai salah satu marasumber kegiatan itu mengatakan, pihaknya saat inipun tengah menggelorakan semangat inklusifitas untuk difabel.

Ketua Komisi IV DPRD Susilowati

Ia mengakui adanya keterbatasan dana. Namun perbaikan untuk mempermudah akses bagi difabel akan diupayakan pada tahun anggaran 2026.

Yudhie menyebutkan, masukan yang diberikan akan dapat membuat lebih percaya diri karena Purworejo punya identitas yang bisa dibanggakan, yakni museum, termasuk oleh difabel. Terlebih adanya koleksi museum yang merupakan warisan tak benda yang diakui UNESCO.

Terkait dengan masukan dari guru SLB,, Ketua Komisi IV DPRD Susilowati yang juga turut hadir menanggapi, nantinya akan ada penilaian termasuk di Museum Tosan Aji. “Termasuk belum adanya kursi roda yang merupakan salah satu unsur penilaian, ini juga perlu,” ucapnya.

Di hadapan peserta, dirinya berharap mereka bisa mengajak sanak keluarga berkunjung ke Museum Tosan Aji sebagai salah satu kebanggaan dan rasa memiliki.

Selaku Ketu Komisi IV DPRD, Susilowati mengungkapkan, dirinya selalu memberikan dukungan moril dan material kepada Museum Tosan Aji. Termasuk dalam penganggaraan untuk menambah alat atau sarpras yang dibutuhkan. Hal itu agar lebih menarik lagi khususnya bagi generasi muda. Termasuk juga untuk memfasilitasi siswa SLB.

Selqin dari guru SLB, peserta acara Sewon at Museum berasal dari Forum OSIS SMA/SMK/MA se-Kabupaten Purworejo. Ada
sekitar 50 peserta diskusi yang digelar di lobi Museum Tosan Aji.
Kabid Kebudayaan Dindikbud, Dyah Woro Setyaningsih menjelaskan, forum seperti ini merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kunjungan Museum terutama si kalangan generasi Z. Hal yng tak kalah penting, menurutnya, juga untuk mendengarkan masukan terkait museum agar dapat menjadi kebanggaan

“Jadi awalnya, Forum OSIS Kabupten Purworejo minta difasilitasi bikin event. Akhirnya dibuatlah kegiatan bernama
Sewon at Museum. Sewon berarti Selasa Kliwon sebagai waktu kegiatan, meski dalam pelaksanaaanya dilakukan pada Senin malam.

Dalam acara tersebut, Dindikbud menggandeng beberapa pegiat sejarah, seperti Lengkong yang telah menghasilkan banyak buku. Juga penggagas Purworejo Walling Tour.

Salah satu peserta, Fathan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Museum Tosan Aji ini. Menurutnya, banyak hal yang bisa digali oleh pengelola, termasuk memberikan ruang bagi generasi Z untuk berkreasi. (Dia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *