PURWOREJO, Setelah vakum selama 13 tahun, Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPwr) akhirnya kembali memiliki guru besar di tahun 2024 ini, yakni Prof. Suyitno. Hal tersebut merupakan prestasi membanggakan karena Suyitno juga menjadi guru besar pertama yang dimiliki yayasan setelah tahun 2011 lalu disandang oleh dosen ASN atau diperbantukan (Dpk).
Suyitno merupakan dosen FKIP Prodi Teknik Otomotif UMPwr yang meraih gelar guru besar melalui model pembelajaran kejuruan bidang kependidikan kejuruan. “Fokusnya kepada mahasiswa calon guru SMK khususnya otomotif yang melakukan praktik antara 60 hingga 70 persen,” kata Suyitno saat ditemui di Laboratorium Otomotif, Rabu (11/12).
Suyitno yang meraih gelar guru besar di usia 40 tahun itu mengungkapkan, saat pertama menjadi dosen di UMPwr dirinya berusia 28 tahun. “Tahun 2012 saya menerima SK pengangkatan pertama sebagai dosen, setelah menyelesaikan studi S2. Setelah itu saya menyelesaikan studi S3 tahun 2017. Berikutnya pada bulan Desember tahun 2023 melakukan pengusulan menjadi guru besar dan baru keluar tahun 2024 ini,” tutur Kepala Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) UMPwr tersebut.
Modal menjadi guru besar, lanjutnya, selain jam terbang menjadi dosen, adalah memiliki jurnal publikasi ilmiah berskala nasional dan internasional. Suyitno memiliki jurnal internasional work base learning yang diaplikasikan dari disertasinya saat menempuh studi S3.
Tercatat ada 155 judul jurnal nasional maupun internasional, 25 Hak Kekayaan Intelektual (HKI), serta 18 buku yang telah dihasilkan oleh Suyitno selama 12 tahun menjadi dosen UMPwr. Selain menghasilkan jurnal internasional dengan reputasi Indeks Scopus, Suyitno juga membuat buku metodologi penelitian pendidikan dan pengukuran teknik otomotif yang banyak diadopsi oleh guru-guru kejuruan khususnya otomotif.
“Tapi publikasi internasional saya juga sempat beberapa kali ditolak hingga akhirnya sekarang jurnal nasional sampai internasional ada 155, lalu 18 buku yang dijadikan referensi pembelajaran bagi mahasiswa seluruh Indonesia dan juga guru-guru SMK,” tuturnya.
Anggota Senat Universitas itu mengungkapkan kendala para mahasiswa Prodi Teknik Otomotif sebagai calon guru yang sebagian besar dari SMK adalah pada saat mereka menyampaikan teori. “Saya pernah jadi guru SMK, jadi tahu hambatannya saat menyampaikan teori, meski saat praktik mereka lancar. Makanya model pembelajaran kejuruan ini diperlukan,” jelas Suyitno yang pernah menjadi guru SMK di Gunung Kidul.
Menurutnya, pendidikan menjadi inspirasi untuk membuka dunia, sedangkan penelitian adalah sebuah cara ilmiah untuk bergerak mempertajam kehidupan. Ia berharap ilmu yang diperolehnya bisa diaplikasikan oleh masyarakat dan mengetahui bahwa model pembelajaran kejuruan lebih spesifik.
Suyitno juga berharap jumlah guru besar di UMPwr bisa bertambah, terutama bagi mereka yang menjadi dosen yayasan. “Semoga ini bisa menjadi motivasi bagi teman-teman dosen,” pungkasnya.
Terkait pencapaian Suyitno, Rektor UMPwr Teguh Wibowo menyatakan rasa bangga karena momen ini sudah cukup lama dinanti. “Terakhir tahun 2011, itupun dosen Dpk atau ASN,” katanya.
Ditegaskan, pihaknya pun selalu berupaya memberikan fasilitas kepada para dosen dalam hal jenjang kepangkatan hingga guru besar. Termasuk memberikan reward saat bisa tembus jurnal penelitian ilmiah tingkat nasional terlebih internasional.
Selain Suyitno, lanjut Teguh, ada satu lagi calon guru besar yang saat ini sedang menunggu penandatanganan SK dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selanjutnya ada 10 dosen S3 atau lektor kepala yang ditargetkan setiap tahunnya bisa menambah jumlah guru besara di UMPwr.
“Target kami nantinya setiap tahun ada tambahan guru besar di UMPwr meski untuk mencapai gelar profesor cukup berat. Kami berharap Prof. Suyitno dapat menjadi motivasi bagi dosen lain setelah 13 tahun vakum. Nanti rencana pengukuhan akan dilakukan sekitar bukan Januari atau Februari mendatang,” tandasnya. (Dia)