PURWOREJO, Pada musim haji tahun ini, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo mencatat 730 calon jemaah haji (calhaj) yang rencananya akan berangkat tanggal 28 dan 29 Mei mendatang. Mereka terbagi dalam tiga kloter.
Dari 730 calhaj tersebut, termuda adalah Hafizh Izzaturrahman (21), sedangkan tertua yakni Latifah (95). Sebagai calhaj tertua, Mbah Latifah rencananya akan didampingi oleh menantunya, Sunarsih (65).
Ya, Mbah Latifah memang lebih memilih didampingi oleh menantunya daripada anak kandungnya sendiri, Mustahal (67), suami Sunarsih, meski pada awalnya ketiganya mendaftar bersama. “Inginnya sama saya saja katanya, risih kalau sama laki-laki, meskipun anak kandungnya sendiri,” kata Sunarsih menirukan ucapan Mbah Latifah saat ditanya alasan lebih memilih dirinya sebagai pendamping. Padahal secara aturan, pendampingnya adalah anak kandung.
Diceritakan, pada awalnya, Mbah Latifah bersama anak bungsu dan menantunya mendaftar haji pada tahun 2013. Ketiganya pun mendapat kuota berangkat tahun 2027. Namun ternyata, sesuai kebijakan pemerintah, lansia seperti Mbah Latifah mendapat prioritas untuk berangkat tahun ini. Jadilah Sunarsih dipilih menjadi pendamping Mbah Latifah selama berada di tanah suci nanti. Bersama menantunya, Mbah Latifah terdaftar di Kloter 90 atau gelombang kedua.
Ditemui di rumahnya, Kelurahan Baledono Selis RT 4 RW 9, Kecamatan Purworejo, Mbah Latifah yang pendengarannya sudah jauh berkurang ini tinggal bersama anak ketiganya beserta menantu, cucu, dan dua cicit.

Mbah Latifah hanya duduk sambil sesekali tersenyum saat Purworejo News mewawancarai menantu dan anak kandungnya. Namun ia sempat mengatakan bahwa pendengarannya sudah sangat berkurang. “Nyuwun sewu, kulo sampun budeg, menawi boten seru ngendikani, mboten krungu (maaf, saya sudah tuli, kalau tidak keras bicaranya ((saya)) tidak dengar,” ucapnya saat ditemui pada Selasa (29/4/2025) sore.
Mustahal menjelaskan, sebenarnya Mbah Latifah sudah dibelikan alat bantu dengar, tetapi malah tidak mau digunakan. “Katanya kok malah garuh, kemresek berisik gitu,” jelasnya.
Akhirnya, wawancara dilakukan bersama Mustahal dan Sunarsih. Secara bergantian keduanya bercerita bahwa Mbah Latifah memiliki tiga anak, 16 cucu, dan 32 cicit. Ketiga anaknya yakni Mardiyah (73) yang saat ini tinggal di Wates, Muslifah yang sudah meninggal tahun 2020 akibat Covid, dan Mustahal (67).
Sebelumnya, Mbah Latifah merupakan seorang buruh jahit pada sebuah rumah industri di Baledono. Bakat menjahitnya menurun ke Mustahal yang kemudian berjualan pakaian di Los Pasar Baledono mulai tahun 90-an sampai sekarang.

Mbah Latifah, yang lahir pada tanggal 10 September 1929 di Desa Sidomulyo Kecamatan Purworejo ini, memiliki lima saudara kandung, empat diantaranya sudah meninggal dunia. Sunarsih menjelaskan, suami kedua Mbah Latifah yakni Muh Nasirih merupakan warga Kelurahan Baledono yang lahir tahun 1928. Ia meninggal dunia tahun 2005 dalam usia 77 tahun.
“Mbah Latifah sebelumnya cerai lalu menikah dengan Mbah Nasirih tahun 1950-an dan mempunyai tiga anak,” ucap Sunarsih.
Adapun uang untuk ongkos naik haji, sebagian berasal berasal dari tabungannya. Sisanya ditanggung oleh kedua anaknya. “Nantinya Mbah Latifah pakai kursi roda yang sudah disiapkan. Alhamdulillah ibu mertua saya ini tidak rewel, makan juga apa saja mau,” kata Sunarsih.
Sebenarnya, melihat kondisi fisik Mbah Latifah yamg sudah sangat renta, keluarganya menyarankan agar umrah saja. Tapi Mbah Latifah tetap ingin berhaji. Ia pun masih kuat puasa Ramadan sebulan penuh, termasuk ikut sholat tarawih di mushola yang berjarak sekitar 50 meter dari rumahnya. “Kalau hujan barulah Mbah Latifah tidak sholat di mushola,” imbuh Sunarsih.
Tak hanya itu, Mbah Latifah juga rajin tadarus Al-Qur’an. Meski agak kesulitan saat berjalan, Mbah Latifah masih kuat dibonceng naik sepeda motor saat hendak manasik yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Menurut Sunarsih, Mbah Latifah tidak mau diantar naik mobil. “Saya pinjamkan mobil tidak mau. Katanya naik motor saja sambil berpegangan erat,” tuturnya.
Untuk mengisi waktu luang, sesekali Mbah Latifah menyapu halaman rumah yang ditempati bersama anak, menantu, cucu dan cicitnya. Mbah Latifah hanya berharap agar dirinya dapat menjalani ibadah haji dengan lancar dan pulang ke tanah air dengan selamat. “Atine seneng tapi awake abot, mugo-mugo mulih selamet,” pinta Mbah Latifah. (Dia)