GRABAG, Sebagai upaya memaksimalkan peran guru kelas untuk menghadirkan suasana sekolah yang menyenangkan bagi peserta didik, Gugus RA Kartini Korwilcambidik Grabag Purworejo mengundang mentor nasional. Yakni Muhammad Ali Sodikin, pencetus Program Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Bagi Ali, ini merupakan yang ke-180 kali dirinya berbagi ilmu dengan seluruh pendidik yang ada di Indonesia.
Selama tiga jam, Ali memaparkan tentang inti dari GSM. Menurutnya, menyenangkan tidak sama kegiatan bersenang-senang seperti bernyanyi atau berjoget. Melainkan membuat suasana sekolah menjadi nyaman, aman, dan serasa di rumah.
Disebutkan bahwa GSM merupakan gerakan akar rumput yang lahir dari kesadaran untuk menghadirkan sekolah sebagai rumah kedua bagi siswa. Termasuk di dalamnya adalah keteladanan dari guru sebagai wakil orang tua. Menurutnya, guru yang baik secara akademis dan emosionalnya dalam menghandel peserta didik, akan berbekas atau terus dikenang oleh mereka. Demikian juga sebaliknya.
Ali mengungkapkan, berdasarkan hasil riset, anak-anak menyebutkan sekolah sebagai penjara, apalagi ada bulying. Untuk itu ada empat macam pendekatan atau metode yang digunakan dalam GSM untuk mengelola lingkungan sekolah yang menyenangkan.
Yakni membangun karakter sosial dan emosional, lingkungan belajar yang positif, relevansi pedagogis praktis, dan keterhubungan atau dalam hal ini tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan tapi bisa juga orang tua, masyarakat, maupun stakeholder.
Di satu sisi, Ali juga memberikan masukan agar guru tidak hanya menjalankan tugas secara mekanik yakni merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Tapi lebih dari itu, karena guru harus bisa menginspirasi baik bagi muridnya maupun teman-temannya. Dengan begitu guru dapat menemukan dirinya sendiri.
Terkait GSM, Ali menjelaskan, program ini telah ada sejak tahun 2016 sebelum pemerintah mencanangkan Kurikulum Merdeka. GSM merupakan LSM atau komunitas yang tidak tergantung pada pemerintah dengan saling berbagi dan menguatkan.
“Selama ini bertahun tahun banyak program atau kegiatan pemerintah yang menghabiskan banyak dana untuk kegiatan peningkatan kapasitas, tapi hasilnya kurang signifikan. Kami GSM mengajak para guru, kepala sekolah dan stakeholder untuk menegakkan sekolah sebagai rumah kedua yang aman dan nyaman sehingga anak-anak betah di sekolah,” ujarnya.
Dijelaskan pula bahwa semua program yang disampaikan melalui GSM sejalan dengan pemerintah, termasuk Kurikulum Merdeka karena nilai-nilainya sama GSM juga menjadi mitra pemerintah dalam Program Guru Penggerak.
Menurut Ali, di Jawa Tengah komunitas GSM sudah merambah di hampir semua kabupaten/kota, termasuk Purworejo. “GSM ini merupakan komunitas mandiri yang valuenya menguatkan Kurikulum Merdeka dan memiliki semangat yang sama dengan ajaran Ki Hajar Dewantara yang menjadi ruh pendidikan di Indonesia,” tegasnya.
Melalui kegiatan semacam ini ia berharap agar kualitas guru dapat semakin meningkat tanpa menunggu program pemerintah. Peningkatan kualitas guru yang dapat menginspirasi akan dapat berpengaruh signifikan terhadap kepribadian dan karakter anak didik. “Karena yang paling utama dari pendidikan ini adalah mengubah mindset, setelah itu baru mengimplementasikannya,” tandas Ali.
Ketua panitia Sriyati Sariningsih menjelaskan, workshop GSM yang diadakan di Aula Korwilcambidik Grabag, Sabtu (2/11) ini diikuti 80 peserta yang merupakan guru kelas dan kepala sekolah yang ada di Gugus RA Kartini Korwilcambidik Grabag.
“Peserta workshop ini guru kelas dan kepala SD dari 10 sekolah yang ada di Gugus RA Kartini. Yakni SDN Tunggulrejo, Grabag, Kedungkamal, Sangubanyu, Dukuhdungus, Kedung Gong, Banyuyoso, Roworejo, Aglik 1, dan 2,” jelasnya.
Workshop GSM tersebut, menurutnya, adalah untuk menyemangati para guru serta meningkatkan kualitas mereka serta dapat diterapkan di sekolahnya masing-masing. “Guru selama ini sudah lelah karena banyak tugasnya terutama Kurikulum Merdeka sehingga perlu motivasi dengan materi GSM ini,” tandasnya.
Di sisi lain, Ketua Korwilcambidik Grabag Teguh Yuli mengapresiasi kegiatan yang dilakukan Gugus RA Kartini. “Ini luar biasa karena bisa menghadirkan pemateri nasional. Kami juga setuju kalau sekolah bisa menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga KBM-nya akan maksimal,” ungkapnya. (Dia)