PURWOREJO, Kearifan lokal tempat sekolah berdiri seperti halnya SMAN 5 Purworejo dapat memunculkan ide termasuk tema karnaval. Pada karnaval kali ini, tema khusus yang dibawakan yakni berupa kejayaan Kerajaan Mataram termasuk peninggalan Pager Boto Kadipaten Lowano, kecamatan tempat sekolah berdiri.
Kepala SMAN 5 Setyo Mulyaningsih kepada Purworejo News menuturkan, ide tema tersebut berasal dari siswa yang menjadi peserta karnaval. “Selama ini obyek yang dimunculkan dalam karnaval kebanyakan berupa replika simbol wisata yakni Gua Seplawan dan Dewa Ruci. Kali ini SMAN 5 mengangkat warisan budaya Pager Boto sebagai warisan budaya lokal,” jelas Setya saat ditemui pada Jumat (30/8).
Pada saat karnaval yakni Sabtu (31/8), situs Pager Boto Loano digambarkan bersama dengan Adipati lengkap dengan pengawalnya. Sesuai dengan temanya yang bernuansa kerajaan, ditampilkan pula raja dan ratu yang menaiki kereta kencana. Diikuti dengan iringan dayang-dayang atau abdi dalem cangik. Juga dilengkapi dengan bergodo sebagai iringan musik jaman dahulu kala, serta kesenian tradisional khas Purworejo.
“Bergodo dengan irama khas yang mengiringi peserta selama dalam perjalanan ini merupakan representasi dari SMAN 5 yang dinobatkan sebagai sekolah penyangga budaya di Kecamatan Loano,” imbuh Setya.
Meski begitu, sesuai dengan semangat nasionalis, SMAN 5 juga menampilkan paskibra yanv menjadi petugas di kecamatan berjumlah 24 orang. Termasuk juga ditampilkan para siswa mengenakan kostum karnaval yang megah dan elegan.
Terkait dengan karnaval kali ini, kepala sekolah menyebutkan bahwa semuanya adalah dari siswa, untuk siswa, dan oleh siswa. Sedangkan para guru hanya sebagai pengampu di lapangan, termasuk dirinya yang mengenakan kaos saat karnaval.
Meskipun memiliki target agar bisa kembali meraih juara, namun bagi Setya hal itu bukan tujuan utama. Apalagi kegiatan ini juga dikolaborasikan dengan kegiatan P5 yang bertema Bhineka Tunggal Ika. “Karnaval yang diikuti 110 siswa dari kelas 10, 11, dan 12 ini dilakukan dengan biaya mandiri dari dukungan orang tua siswa. Tentunya ini juga sebagai bentuk kebanggaan termasuk untuk para alumni ,” lanjutnya.
Ia berharap, keikutsertaan siswa dalam karnaval yakni agar anak-anak bisa menghargai budaya, khususnya Kecamatan Loano sebagai bentuk nguri-uri budaya. “Bagi para guru, ini merupakan cara untuk mengisi kemerdekaan,” pungkas Setya.
Meski tampil hampir di bagian akhir, namun daat tampil di panggung kehormatan, tim karnaval SMAN 5 mendapatkan aplaus meriah dari jajaran pj sekda dan forkopimda yang menyaksikan jalannya karnaval. Penampilan apik dari para abdi dalem dan cangik yang kompak membawakan tarian yang kenes menjadi hiburan bagi masyarakat yang memenuhi sepanjang rute karnaval. (Dia)