PURWOREJO, Tahun 2024 ini tepatnya pada tanggal 27 Februari, Kabupaten Purworejo genap berusia 193 tahun. Untuk memeriahkan hari jadi Kabupaten Purworejo yang berdiri pada tahun 1831, pemkab telah mempersiapkan 16 rangkaian acara yang akan dihelat mulai tanggal 15 Februari hingga 4 April mendatang.
Seperti pada waktu sebelumnya, tahun ini Pemkab Purworejo juga membuat logo khusus serta slogan atau tema hari jadi. Penjelasan makna logo dan tema tersebut disampaikan oleh ketua umum Hari Jadi Purworejo, Stephanus Aan Isa Nugroho. Di hadapan awak media dalam acara konferensi pers yang digelar pada Kamis (15/2), Kadin Porapar itu memberikan makna logo dan slogan hari jadi Purworejo tahun ini.
Dijelaskan, Dadya Ngabekti Tanpa Sikara merupakan susunan kata atau sengkalan Jawa untuk tahun 2024. Dadya (menjadi/4) Ngabekti (berbakti/2) Tanpa (tanpa/0) Sikara (khianat, mengacau/2). “Secara keseluruhan kalimat tersebut berisi harapan agar di tahun 2024 ini masyarakat Purworejo dapat menjadi orang yang berbakti dalam membangun negara dan daerah, tanpa perlu berkhianat, mengacau, atau membuat perpecahan,” jelas Aan.
Tema tersebut, lanjutnya, disesuaikan dengan kondisi tahun 2024 yang merupakan tahun politik dengan adanya penyelenggaraan Pilpres dan Pileg di bulan Februari 2024 dan rencana Pilkada serentak di November 2024.
Di hadapan awak media yang berkumpul di Ruang Pers Center, Aan juga menjelaskan logo Hari Jadi ke-193 Kabupaten Purworejo membentuk tangan yang sedang memberikan jempol ke atas. “Di masyarakat, pemberian jempol ke arah atas sudah menjadi sesuatu yang umum diberikan sebagai simbol pujian, pemberian semangat, penghormatan, dan persetujuan atas fenomena atau kondisi tertentu,” jelasnya.
Adapun aneka warna di dalam logo Hari Jadi ke-193 Kabupaten Purworejo menggambarkan berbagai kepentingan, harapan, dan keinginan masyarakat. Juga berbagai macam kondisi yang dinamis di Kabupaten Purworejo pada tahun 2024 ini. Menurut Aan, hal itu didasari pemikiran bahwa 2024 merupakan tahun politik yang harus disikapi dengan bijak sebagai sebuah pesta demokratis yang berwarna dan ceria.
Hal lain yang juga dibahas yakni terkait ornamen hari jadi, berupa Batik Kawung Manggis Gunungan Wora-Wari Bang karya Sri Bandu Rahyuni. Ornamen yang kemudian sering disebut dengan Batik Keprajan itu merupakan motif yang menjadi salah satu ikon Kabupaten Purworejo.
“Sedangkan gambar dan siluet berupa patung Siwa Parwati dan Tugu Clorot menggambarkan bahwa Kabupaten Purworejo memiliki banyak potensi unggulan daerah berbasis pariwisata dan ekonomi kreatif, UMKM, serta seni budaya. Potensi tersebut siap dijadikan sebagai salah satu lokomotif daerah untuk menjadikan Purworejo Berdaya Saing 2025,” pungkas Aan. (Dia)