Upaya Lestarikan Seni Tradisional, Dosen UMPwr- UNY Kolaborasi Dampingi Pentas Ketoprak di Desa Trucuk Klaten

PURWOREJO, Dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPwr) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berkolaborasi melakukan pendampingan kepada Paguyuban Ketoprak Manunggal Sri Budoyo, Klaten dalam pementasan Ketoprak “Aji Saka: Mardika Jawa Dwipa” di Desa Trucuk, Klaten. Kegiatan tersebut terselenggara melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Pementasan ketoprak yang bertutur tentang legenda Aksara Jawa itu digelar Kamis (13/11/2025) malam di Gedung Serba Guna Desa Trucuk. Tim pelaksana PISN 2025 terdiri atas Aris Aryanto (dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa UMPwr), Murhadi (dosen Teknologi Informasi UMPwr), Fitri Rahmawati (dosen Manajemen UMPwr), serta Prof. Dr. Afendy Widayat dari Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa UNY.

“Kolaborasi ini merupakan wujud realisasi kerja sama antara Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa UMPwr dan Prodi Pendidikan Bahasa Jawa UNY dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni tradisional Jawa,” ungkap Aris selaku ketua tim pelaksana, kepada Purworejo News, Selasa (18/11/2025).

Ia menuturkan, serangkaian pelatihan telah dilaksanakan sejak awal Oktober 2025. Kegiatan berlanjut pada tahap pendampingan dan pementasan ketoprak pada malam Jumat Kliwon lalu. “Kegiatan ini menjadi puncak pendampingan sekaligus ajang unjuk kemampuan bagi para anggota Paguyuban Ketoprak Manunggal Sri Budoyo setelah mengikuti pelatihan,” imbuh Aris.

Menurutnya, pelaksanaan kegiatan ini mendapatkan dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (DJRP), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Persiapan pementasan ketoprak Aji Saka: Mardika Jawa Dwipa” di Desa Trucuk, Klaten

Adapun Program PISN 2025 dijadwalkan berlangsung dari Oktober hingga Desember 2025, dengan fokus utama membangkitkan kembali semangat berkesenian masyarakat Trucuk, khususnya melalui seni ketoprak. Aris menyebutkan, hampir seluruh anggota paguyuban hadir dalam kegiatan pendampingan dan pementasan tersebut.

Selaku ketua tim, Aris memimpin langsung proses pendampingan. Mulai dari pembinaan karakter tokoh, teknik pementasan, hingga manajemen produksi pentas. Dari hasil kegiatan, tampak bahwa antusiasme anggota paguyuban sangat tinggi.

Menariknya, sejumlah generasi muda turut ambil bagian sebagai pemain ketoprak. Hal ini menandai munculnya regenerasi yang penting bagi keberlangsungan seni pertunjukan tradisional ini. Dalam pandangan Aris, kehadiran para pemuda dianggap sebagai angin segar bagi perkembangan ketoprak di Desa Trucuk, mengingat kesenian tradisional saat ini tengah menghadapi tantangan besar akibat kuatnya arus digitalisasi.

Upaya mengadakan pementasan rutin menjadi langkah strategis Paguyuban Manunggal Sri Budoyo. Yakni untuk menjaga eksistensi seni ketoprak dan menarik minat generasi muda agar turut melestarikan budaya lokal.

“Kegiatan pendampingan melalui skema PISN 2025 diharapkan mampu memperkuat kapasitas paguyuban sekaligus memantik semangat masyarakat untuk terus merawat seni ketoprak sebagai identitas budaya Jawa,” tandas Aris. (Dia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *