Beranda » Purworejo Punya Perusahaan Produksi Mainan Hewan Ekspor, Diawali Riset ke Luar Negeri

Purworejo Punya Perusahaan Produksi Mainan Hewan Ekspor, Diawali Riset ke Luar Negeri

GEBANG, Purworejo punya perusahaan yang memproduksi mainan untuk hewan yang berlokasi di Desa Winong, Kecamatan Gebang dengan gudang produksi di Desa Popongan, Kecamatan Banyuurip. Perusahaan berlabel PT Eco Choo itu berawal dari riset peluang di luar negeri. Tercetuslah produk coffee wood dog chew dan coconut rope dog chew yang di pasaran luar negeri sangat laku.

Direktur Dewi Harlas menyampaikan hal tersebut saat Pjs Bupati Purworejo Endi Faiz Effendi didampingi Kepala DinKUKMP Hadi Pranoto melaksanakan kunjungan kerja (kunker) ke lokasi produksi di Desa Winong, Kamis (14/11) sore.

Didampingi Komisaris Tuhu Eko Setyanto, Dewi menjelaskan, produk mainan gigit-gigitan anjing itu terbuat dari kayu kopi sisa peremajaan dan sabut kelapa yang dibuat menjadi tali. “Produknya memanfaatkan bahan alami yang berasal dari hasil pertanian lokal, yaitu kayu kopi dan serat kelapa. Kedua produk ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki daya tarik tinggi bagi pemilik hewan peliharaan, terutama anjing. Karena sifatnya yang tahan lama dan aman,” ungkap Dewi.

Pjs Bupati mendapat penjelasan dari Direktur perusahaan mainan hewan

Menurutnya, ekspor perdana dog chew yakni ke Belgia sebanyak satu kontainer 40” HC dan berlanjut ke beberapa negara lainnya.

Pjs Bupati yang berbincang intens dengan pimpinan perusahaan itupun memberikan dukungan keberlanjutannya agar bermanfaat sebagai ekonomi kreatif bagi kesejahteraan masyarakat. “Dari informasi yang kami terima, perusahaan ini merupakan yang pertama di Purworejo dan ada kemungkinan di Indonesia, yang bergerak di bidang handicraft mainan gigit-gigitan hewan,” kata Pjs Bupati.

Dirinya kemudian meminta kepada Kepala Hadi Pranoto untuk mengkaji apa yang dapat dilakukan oleh Pemkab Purworejo dalam mendukung perusahaan tersebut. Karena bahan utama dari produk saat ini masih dari luar Purworejo di antaranya kayu manis dari Jambi, kayu kopi dari Temanggung dan tali sabut kelapa dari Vietnam.

“Potensi yang dimiliki sangat besar dan penjualan di luar negeri dihargai sampai 50 dolar. Bagaimana agar tetap sustainable, kualitas terjaga dan menghidupkan ekonomi masyarakat,” ujarnya. (Dia)

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *