KEMIRI, “Banjir” durian sudah mulai melanda Kabupaten Purworejo. Dari 16 kecamatan, ada lima wilayah yang menjadi sentra durian dan tahun ini mengalami panen raya. Yakni Kecamatan Kaligesing, Bener, Gebang, Bruno, dan Kemiri. Di Kecamatan Kemiri, hanya ada satu desa yang menjadi sentra buah durian yakni Girimulyo.
Ditemui Purworejo News pada Selasa (21/11), Kepala Desa Girimulyo, Turahman menjelaskan bahwa desanya menjadi satu-satunya sentra durian dari 40 desa yang ada di Kecamatan Kemiri. Desa Girimulyo yang luas wilayahnya mencapai 276,6 hektare mayoritas penduduknya bertani di lahan perkebunan ataupun pekarangan.
“Desa Girimulyo memiliki tiga dusun yakni Sawangan, Kliwonan 1, dan Kliwonan 2. Terdapat 400-an KK di Desa Girimulyo yang memiliki pohon durian, sehingga diperkirakan terdapat puluhan ribu pohon durian di desa ini,” jelas Turahman saat ditemui di kantornya.
Pencanangan Desa Girimulyo sebagai sentra durian pun menurut Turahman, sudah digaungkan mulai tahun 2006. Meski begitu hingga kini tidak ada nama khusus untuk jenis durian dari Girimulyo.
Saat ini, durian sudah banyak dijumpai di Girimulyo, meski secara kualitas kurang maksimal. Hal itu karena kemarau panjang sehingga pohon durian kekurangan pasokan air. Di Girimulyo ada sekitar 20 pengepul yang siap menampung hasil panen masyarakat.
Adapun harga durian Girimulyo berkisar mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu. “Kalau yang kecil-kecil hanya sekitar Rp 7 ribu saja,” kata salah seorang pengepul durian, Mislan saat ditemui di rumahnya.
Durian-durian tersebut tidak hanya dibeli oleh warga Purworejo, melainkan juga dari luar daerah seperti Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Di musim durian ini para pengepul mulai “dasaran” sejak sekitar pukul 11.00 setiap harinya.
Sebagai sentra durian, di Girimulyo banyak terdapat pohon durian berukuran besar yang telah berusia ratusan tahun. Pohon tersebut tersebar di beberapa hutan yang berada di Girimulyo. Salah satunya adalah milik Nasrodi (54). Warga Dusun Kliwonan RT 02 RW 03 itu memiliki pohon durian miliknya terbesar di Girimulyo yang umurnya sudah mencapai 200-an tahun.
Dijelaskannya, meski tidak seperti tahun lalu yang hasilnya bisa mencapai 400 buah dalam sekali panen, kali ini hanya sekitar 150-an saja. “Karena musim kemaraunya kepanjangan, jadi hasilnya kurang bagus. Biasanya kalau ditebas dapat Rp 10 juta, kali ini hanya dapat Rp 2 juta,” ungkap Nasrodi. Hal itu juga disebabkan kualitas durian yang kurang maksimal.
Terkait rencana destinasi wisata durian, Turahman menegaskan, tahun 2024 mendatang pemerintah Desa Girimulyo akan melakukan penanaman 200 pohon durian.
Ia berharap dengan pohon-pohon tersebut dapat menggantikan pohon durian yang sudah ditebang oleh pemiliknya karena suatu alasan. “Sehingga cucu, cicit kita nanti dapat ikut merasakan dan mengetahui bahwa desanya merupakan desa sentra durian,” ungkapnya.
Turahman mengungkapkan, banyaknya pohon durian berukuran besar dan sudah berumur ratusan tahun membuat pemerintah desa berkomitmen untuk mempertahankan durian-durian lokal tanpa nama tersebut.
“Sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai generasi muda bersama pemerintah desa dan lembaga-lembaga yang ada, untuk melestarikan ikon desa Girimulyo yang sudah banyak dikenal sebagai desa wisata durian,” pungkas Turahman. (Ita)