Beranda » Gebyar Gelar Budaya SMAN 2 Purworejo, Pentas Tari Hingga Drama Disaksikan Orang Tua Siswa

Gebyar Gelar Budaya SMAN 2 Purworejo, Pentas Tari Hingga Drama Disaksikan Orang Tua Siswa

KUTOARJO, Dalam dua hari yakni Selasa dan Rabu (7-8/1/2025), siswa kelas 12 SMAN 2 Purworejo mengikuti Gebyar Gelar Budaya. Selama dua hari ada delapan tampilan pentas seni tari siswa kelas 12, dibagi menjadi empat tampilan. Mereka menampilkan seni tari yang didalamnya juga mengandung unsur lainnya, seperti teater, seni rupa, dan seni panggung. Semua siswa terlibat dalam pagelaran tersebut, baik tampil dalam kelompok kecil maupun keseluruhan satu kelas.

Guru Seni Budaya, Yuliati saat ditemui di Graha Wiyata Krida yang menjadi lokasi pementasan memberikan penjelasan. “Masing-masing kelas tampil membawakan pentas seni dengan durasi maksimal 30 menit. Pentas ini menitikberatkan pada karakter kerjasama dan kepribadian yang kuat sehingga dibuat kelompok kecil dan kelompok kelas. Prinsipnya mereka merasakan rasa kebersamaan yang harus dibangun,” jelasnya.

Panitianya pun berasal dari siswa secara bergantian. Mereka yang tidak tampil pada hari Selasa, menjadi panitia. Demikian pula sebaliknya. Selain itu orang tua siswa juga diundang pada saat siswa pentas. Hal tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan siswa kepada orang tua karena kegiatan ini murni dari siswa untuk siswa dan oleh siswa. Mereka menyiapkan sendiri baik kostum, dekorasi, lighting hingga pelatih dan tentunya didukung oleh orang tua siswa.

Adapun tema yang diangkat yakni tentang alam. Mereka, kata Pujiati, berlatih selama 10 kali di saat liburan semester. “Harapannya semua pihak dapat memahami seni karena selama ini hanya mengandalkan pengetahuan atau akademik sehingga kegiatan semacam ini nantinya bisa berlanjut,” ungkapnya.

Drama Warisan menjadi penutup rangkaian Gebyar Gelar Budaya SMAN 2 Purworejo

Plt Kepala SMAN 2 Setyo Mulyaningsih menyampaikan, Gelar Budaya di SMAN 2 yang diadakan ini merupakan bentuk tugas akhir mata pelajaran seni budaya untuk kelas 12. Menurutnya, kegiatan ini sangat dinantikan oleh seluruh warga sekolah.

“Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pameran seni dan budaya, tetapi juga menjadi wadah bagi siswa untuk menunjukkan kreativitas dan bakat mereka dalam berbagai bidang. Uniknya, tema yang dibawakan tiap kelas berbeda tergantung pilihan kelas masing masing. Ada yang menggunakan tema kebersihan lingkungan, kegiatan gotong royong warga, ada juga yang mengambil cerita legenda,” jelas kepala sekolah.

Semuanya, lanjut Setyo, dikemas dengan tarian yang disesuaikan dengan tema. Setiap penampilan disajikan dengan penuh semangat dan kekompakan, mencerminkan kerja keras dan dedikasi siswa dalam mempersiapkan acara ini.

Menurutnya, Gelar Budaya ini berhasil menjadi acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga edukatif dan inspiratif. Melalui acara ini, siswa tidak hanya belajar tentang pentingnya melestarikan budaya, tetapi juga mengembangkan keterampilan berorganisasi, kerjasama, dan kreativitas. “Semoga acara ini terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus mencintai dan melestarikan budaya Indonesia,” tandasnya.

Ia pun mengapresiasi guru pembimbing, pelatih, serta orang tua siswa yang sudah mendukung kegiatan sehingga terlaksana dengan baik dan lancar. Setyo menyatakan bahwa dengan semangat dan kebersamaan, acara ini telah membuktikan bahwa budaya adalah jembatan yang menghubungkan semuanya dalam keragaman yang indah.

Selain pentas seni tari, di bagian akhir juga ditampilkan seni drama dari kelas 11-7 yang bertutur tentang warisan. Dalam naskah drama yang dibuat oleh guru kelas 11-7, Rahman Sudrajad, dikisahkan tentang keluarga sederhana yang merupakan perokok sejati.

Karena penyakitnya, bapak dari keluarga tersebut meninggal. Sebelum meninggal ia berpesan agar saat mati ditaburi tembakau, bukan bunga seperti pada umumnya.

Namun saat sedang berduka, tidak disangka keluarga tersebut ditagih hutang oleh pemilik warung. Karena tidak memiliki uang, si anak ingat kalau semasa hidup bapaknya menyimpan kotak warisan yang belum boleh dibuka sebelum dirinya meninggal.

Betapa terkejutnya mereka karena ternyata setelah dibuka, kotak itu bukannya berisi uang atau surat berharga, melainkan beberapa bungkus rokok. “Pesan moral dari drama ini yakni bahwa rokok memiliki dampak sosial dan ekonomi yang tidak baik, terutama bagi anak-anak sekolah untuk tidak merokok,” kata Rahman memberikan penjelasan. (Dia)

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *