PURWOREJO, Potensi kopi yang ada di Purworejo sangatlah besar. Luasnya lahan serta banyaknya jenis dan usaha kopi saat ini, menjadi momen yang tepat untuk membuat brand atau merk Kopi Purworejo di kancah perkopian dunia. Sehingga nantinya Kopi Purworejo dapat bersanding dengan daerah lain seperti Kopi Gayo yang merknya sudah mendunia.
Harapan tersebut disampaikan oleh Anggota Komisi IV DPR RI dari FPDIP Vita Ervina, SE, MBA saat membuka acara bimbingan teknis
strategi pasca panen tanaman kopi robusta. Bimtek diadakan di Ganeca Convention Hall pada Selasa (11/7) diikuti puluhan peserta kader pertanian dari Kecamatan Gebang dan Bruno.
Vita menambahkan, permintaan kopi dari luar negeri masih banyak. Selain itu penyerapan tenaga kerja di bidang usaha kafe kopi seperti barista dan coffe roaster membuat potensi kopi Purworejo semakin besar untuk dikembangkan.
Dirinya juga berharap agar para peserta bimtek dapat tambahan pengetahuan serta termotivasi untuk memajukan kopi Purworejo. Vita pun mengapresiasi adanya kedai khusus yang menyajikan kopi khas Purworejo dan berharap bisa dipertahankan.
Selain itu menurut Vita, bimtek dilakukan agar para petani kopi Purworejo khususnya dari Kecamatan Gebang dan Bruno dapat mengetahui strategi yang tepat pasca panen kopi robusta, termasuk peluang bisnis kopi saat ini.
Di sisi lain, Ditjen pemasaran pengelolaan hasil perkebunan Kementan RI, Drs. Supri Hartono mengemukakan, posisi kopi Indonesia di tingkat dunia saat ini berada pada urutan ke-4 setelah Kolombia.
“Padahal luas lahan kopi di Indonesia mencapai 12 juta hektare tapi produksinya hanya 815 kg/hektare. Selain itu selama ini para petani kopi hanya mengandalkan pupuk dari Dinas Pertanian,” ungkap Supri.
Menurutnya kalau kita maksimalkan dan dikelola dengan baik, Indonesia bisa berada di posisi 3 atau bahkan 2 dunia. Selain itu nilai kopi yang diekspor pun mengalami peningkatan harga sehingga dapat menaikkan volume ekspor.
Supri pun memohon kepada para petugas lapangan untuk membantu para petani kopi agar hasilnya maksimal. “Usaha kopi jangan dianggap pekerjaan sampingan karena saat ini kopi sudah digemari semua kalangan dan jadi tren anak muda. Beda dengan jaman dulu , ngopi hanya untuk acara tertentu,” imbuhnya.
Selain itu menurutnya, minum kopi tidak menyebabkan penyakit asam lambung karena terbukti baik untuk kesehatan. “Yang tidak sehat adalah minum kopi kebanyakan gula. Jadi sebaiknya kopi murni,” sarannya.
Adapun Kabid Sarana dan Prasarana Perlindungan Pertanian DKPP, Jayadi menyatakan, di Kabupaten Purworejo kecamatan penghasil kopi terbesar yakni Kaligesing dengan luas perkebunan mencapai 127 hektare. Adapun produktivitas saat ini sebanyak 1,2 ton/hektare. Angka tersebut masih di bawah target sebesar 1,3 ton/hektare.
Dalam kesempatan itu para peserta mendapatkan pelatihan tentang pengolahan biji kopi menjadi siap saji dengan dua nara sumber. Yakni ALB Dwi Widyatmodjo dan Agung Tiktonanto yang telah berpengalaman di dunia perkopian. (Dia)