KALIGESING, Suasana berbeda tampak di halaman SMPN 39 Purworejo, Senin (13/10/2025) pagi. Usai upacara bendera, lalu-lalang siswa yang bersemangat membawa buku dan tas berisi bekal makanan, berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, menjadi pemandangan baru di sekolah yang terletak di kawasan pegunungan Kecamatan Kaligesing ini.
Mereka bukan sedang pindahan kelas, melainkan menjalani metode pembelajaran Moving Class yang untuk pertama kalinya diterapkan di tingkat SMP se-Kabupaten Purworejo.
Kepada Purworejo News, Kepala SMPN 39, Prastowo Widagdo mengungkapkan, lokasi sekolah yang berada di daerah marginal bukanlah penghalang baginya untuk melahirkan terobosan pendidikan yang berkualitas. “Saya memang terus membuat gebrakan yang terkadang tidak dilaksanakan di sekolah lain. Seperti halnya
Moving Class ini,” tutur Prastowo, Senin (13/10/2025).
Ia menjelaskan, Moving Class adalah sistem dimana siswalah yang berpindah ruangan setiap ganti mata pelajaran, bukan gurunya yang datang ke kelas. “Setiap mata pelajaran memiliki ruang kelasnya sendiri yang didesain khusus sesuai karakteristik pelajaran tersebut,” ungkap Prastowo.
“Selama ini siswa ‘dijemput’ oleh guru di kelas yang sama. Sekarang, merekalah yang ‘menjemput’ ilmu di ruang yang sudah disiapkan. Ini melatih kemandirian dan kedisiplinan waktu. Selain itu juga membuat mereka lebih siap mental dan bisa sebagai ajang refresing untuk mempelajari suatu bidang ilmu,” papar Prastowo dengan semangat.
Beberapa siswa yang ditemui, yakni Mieta dan Yahya Okta menyambut dengan senang adanya metode Moving Class. Menurut keduanya, sistem ini sangat seru meskipun harus sedikit repot membawa tas saat ganti pelajaran dan pindah kelas.

Apapun Waka Bidang Kurikulum, Uwuh Lestari, membeberkan beberapa keunggulan metode yang sudah dirasakan oleh siswa dan juga guru:
- Peningkatan Fokus dan Motivasi: Ruangan kelas IPA, misalnya, penuh dengan rumus dan alat peraga. Saat siswa masuk, atmosfer IPA langsung terasa. Pikiran mereka lebih siap dan fokus.
- Pengelolaan sumber belajar sebagai bagian dari kerangka pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang optimal. Setiap guru dapat mengkhususkan dan mendekorasi ruangannya sesuai kreativitas. Laboratorium IPA, ruang bahasa yang penuh literasi, atau ruang seni yang warna-warni serta menjadi lebih hidup dan terkelola dengan baik.
- Pembelajaran Mendalam yang menyenangkan: Siswa tidak lagi terpaku di satu kursi seharian. Aktivitas berpindah memberikan energi positif, menghilangkan kejenuhan, dan membuat proses belajar lebih dinamis seperti di perguruan tinggi.
Tak dapat dipungkiri, penerapan moving class di sekolah yang berlokasi di pegunungan memiliki tantangan. Keterbatasan sarana, seperti jumlah ruangan yang terbatas dan kondisi geografis, menjadi kendala nyata. Namun hal tersebut justru memicu inovasi.
SMPN 39 pun melakukan penataan ulang dan optimalisasi setiap sudut sekolah. Ruang multifungsi dikreasikan, lorong-lorong diberi rak buku kecil, dan jadwal perpindahan diatur sedemikian rupa untuk menghindari kerumunan. Semua guru dan staf bahu-membahu memastikan sistem berjalan lancar.
“Tantangan kami jadikan motivasi. Justru karena di daerah terpencil, kami harus kreatif. Moving Class ini adalah bukti bahwa semangat inovasi tidak boleh padam oleh kondisi geografis,” tandas Prastowo. (Dia)