Perpusda Purworejo Gelar Bimtek Membaca Nyaring, Camat Bener: Ternyata Tidak Mudah dan Butuh Konsistensi

KUTOARJO, “Semuanya harus dimulai dari diri sendiri. Saya harus melawan ego, mengorbankan sesuatu yang kurang produktif. Kalau ingin anak-anak suka membaca, berarti saya juga harus membaca,” tegas Camat Bener, Vivin Suryandari Feriyani, usai mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Membaca Nyaring yang digelar Perpustakaan Daerah (Perpusda) Purworejo, Jumat (19/9/2025).

Vivin menilai kunci utama peningkatan minat baca berada pada orang tua. Menurutnya membacakan nyaring tidak mudah dan butuh konsistensi. “Kita harus mengalahkan rasa lelah dan malas demi membacakan cerita kepada anak,” ungkapnya kepada Purworejo News.

Sebagai bunda literasi Kecamatan Bener, Vivin sudah bersiap untuk meningkatkan minat baca di wilayahnya dengan melibatkan Pokja 2 kecamatan. Menurutnya, di wilayah Kecamatan Bener juga ada TBM (Taman Baca Masyarakat) dan sudah ada agenda kegiatan membaca buku massal. “Akan saya support semaksimal mungkin. Kami juga akan mengaktifkan kembali pojok baca agar menarik minat anak-anak untuk datang,” tambahnya.

Ia pun mengakui, setelah mengikuti Bimtek, teknik membacanya di rumah masih perlu dimaksimalkan. “Ternyata kalau dimaksimalkan, dengan intonasi dan mimik yang sesuai dengan cerita, dapat membangun imajinasi anak,” tutur Vivin.

Vivin pun baru mengetahui bahwa membacakan nyaring ternyata bukan hanya bermanfaat bagi anak, tetapi juga bagi orang dewasa hingga lansia karena menambah bonding atau chemistry keluarga. “Senang dapat mengikuti bimtek dari awal hingga akhir,” tambahnya.

Ketua Read Aloud Purworejo saat menyampaikan materi

Bimtek yang diikuti puluhan peserta dari berbagai kalangan yakni Bunda Literasi, duta baca, hingga komunitas baca menghadirkan dua narasumber, yakni Psikolog sekaligus Guru MAN Purworejo Dyah Ika Pratiwi dan pegiat literasi Komunitas Read Aloud Purworejo yang juga Penyuluh KB, Asri Hidayati.

Sebagai pemateri pertama, Dyah Ika memaparkan pentingnya membaca nyaring dari perspektif psikologi. “Agen perubahan yang menjadikan seseorang tidak mau membaca menjadi mau, tidak bisa menjadi bisa, serta tidak suka menjadi suka,” jelasnya.

Dyah menambahkan, agen perubahan harus mampu menjadi role model yang baik, memberikan contoh, dan menjadi bagian dari perilaku subjek. “Attitude kita dilihat dan ditiru yang nantinya akan memunculkan kebiasaan membaca, menulis serta berpikir kritis, dan mencegah terpengaruh adanya hoaks,” terangnya.

Pada sesi kedua, Asri Hidayati mengupas teknik membaca nyaring secara rinci dan menjelaskan perbedaan membaca dan membacakan nyaring.
“Terkadang banyak orang tua yang menganggap bahwa yang penting anaknya bisa membaca dan memintanya untuk membaca sendiri,” ungkapnya. Menurut Asri, anak justru mendapat banyak manfaat ketika orang tua rutin membacakan nyaring sejak dini.

Asri juga menyinggung hasil PISA 2018 yang menempatkan literasi Indonesia di 10 besar terbawah, menandakan pentingnya kesadaran masyarakat meningkatkan literasi, terutama di lingkungan keluarga. Ia memberi contoh praktik membaca nyaring yang benar serta membawa beberapa jenis buku seperti pillow book, big book, dan buku bacaan berbagai jenjang usia.

Di penghujung acara, peserta diajak mempraktikkan langsung membacakan nyaring. Vivin maju mencoba menunjukkan kebolehannya membacakan sebuah big book di hadapan peserta. (Ita)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *