PURWOREJO, Sebagai rumah sakit pemerintah Kelas B, RSUD dr Tjitrowardojo Purworejo memiliki tingkat keterisian atau okupansi yang cukup tinggi. Bahkan dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit ini sudah masuk zona merah layanan kesehatan. Dampaknya, waktu tunggu lama, bahkan pernah, 30 pasien terpaksa menunggu.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dibangunlah ruang rawat inap baru yakni Bangsal Anggrek. Peresmian dilakukan oleh Bupati Purworejo Yuli Hastuti pada Rabu (9/4/2025). Direktur RSUD dr. Tolkha Amiruddin yang mendampingi bupati, memberikan penjelasan.
Disebutkan, pembangunan Bangsal Anggrek ini sebagai wujud komitmen untuk membuat RSUD dr. Tjitrowardojo semakin maju, berkembang sehingga bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. “Kami membangun Bangsal Anggrek ini karena mulai pertengahan tahun 2024 lalu, keterisian RSUD di angka 90% ruang perawatan,” jelasnya.
Dr. Tolkha pun menjelaskan, berdasarkan standar dari Kemenkes, bed occupancy rate (BOR) atau angka penggunaan tempat tidur ideal adalah 60% hingga 80%, sehingga di atas 80% sudah dianggap tinggi. Sedangkan angka BOR 90% itu angka real yang ada di RSUD dr. Tjitrowardojo.

Bahkan pada hari Rabu ini, menurutnya, ada 12 pasien belum bisa masuk ke ruang perawatan dan terpaksa masih di IGD. “Setelah peresmian, Bangsal Anggrek akan langsung ditempati,” ucap dr. Tolkha.
Ia mengungkapkan, Bangsal Anggrek memiliki sembilan kamar dan 21 tempat tidur atau bed. Rinciannya, dua kamar dengan dua bed untuk kelas 1, enam kamar berisi 18 bed untuk kelas 3, serta satu kamar khusus berisi satu bed untuk isolasi. “Jaraknya sudah memenuhi standar rawat inap yang ditetapkan Kemenkes. Semua ruangan sudah tersedia fasilitas AC, baik kelas 1 dan kelas 3, serta sudah memenuhi semua aspek standar,” tegasnya.
Dr. Tolkha pun menerangkan, semula Bangsal Anggrek merupakan ruangan untuk perawatan sarana prasarana rumah sakit, gudang, dan laundry. Pihak rumah sakit kemudian melakukan peningkatan terhadap gedung tersebut dan kini digunakan untuk bangsa rawat inap. Adapun ruang perawatan sarpras, gudang, serta laundry telah dipindah ke tempat yang telah disiapkan pihak rumah sakit.
Ia berharap, dengan dibukanya bangsal ini pelayanan rumah sakit lebih baik, pasien yang membutuhkan rawat inap segera teratasi, dan kepuasan masyarakat dapat meningkat. “Dengan hadirnya bangsal baru jumlah rawat darurat di IGD harapannya semakin menurun, waktu tunggu juga lebih singkat” tandasnya.
Di sisi lain, Bupati mengatakan, fleksibilitas RSUD dr.Tjitrowardojo sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) membuka peluang untuk menjawab tantangan dan permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan pelayanan publik, khususnya pelayanan kesehatan.
Menurut Bupati, salah satu tantangan RSUD ini yakni terjadinya peningkatan jumlah pasien sekitar 30-38% pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023, baik rawat jalan maupun rawat inap. Khusus peningkatan jumlah pasien rawat inap, mengakibatkan tingginya tingkat hunian tempat tidur perawatan.
Yuli bersyukur, hal tersebut langsung direspon oleh RSUD dr. Tjitrowardojo melalui fleksibilitas BLUD-nya. Yakni dengan melakukan renovasi gedung yang dialihfungsikan menjadi ruang perawatan. Hal itu menurutnya, adalah untuk menambah jumlah kapasitas rawat inap.
“Respon ini semata-mata menjamin bahwa masyarakat yang membutuhkan perawatan, akan dapat terlayani semuanya, sehingga tidak terjadi penolakan pasien, karena kamar penuh. Penambahan ruang rawat inap tersebut, kami apresiasi sebagai wujud tindakan yang responsif dari RSUD dr. Tjitrowardojo atas tantangan serta permasalahan yang ada,” ucap Bupati.
Dirinya pun mengapresiasi tindakan solutif RSUD dr.Tjitrowardojo tersebut. Bupati berharap dr.Tjitrowardojo semakin baik dan berkualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selain itu juga semakin meningkat kualitasnya dalam tata kelola manajemen yang baik, bersih, berkeadilan, serta responsif berbasis teknologi informasi menuju modernisasi layanan. (Dia)