PURWOREJO, Memasuki musim kemarau di awal bulan Juli 2018 ini, sejumlah wilayah mulai mengalami kesulitan air bersih. Tak hanya warga yang tinggal di daerah pegunungan, yang jauh dari fasilitas PDAM, seperti perbukitan Menoreh di wilayah Bagelen, Kemiri, dan lainnya, sejumlah warga yang tinggal di wilayah perkotaan juga mengalami hal sama.
Seperti yang dialami warga Kelurahan Sindurjan, Kecamatan Purworejo, sejumlah sumur yang biasa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih mulai mengering. Terlebih bagi warga yang tak ikut menikmati layanan PDAM, mereka memanfaatkan air belik di tepi sawah yang ada untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan air bersih.
Meski jauh dengan jarak hampir satu kilo meter dari rumahnya, warga tetap mengambil air belik untuk mencukupi kebutuhan air bersih.
“Sumur sudah mengering sejak sebulan lalu, sumur ini memang selalu kering saat masuk musim kemarau,” ungkap Setiyo Wardani dan Tatik warga RT 02 RW 02 Kelurahan Sindurjan, saat ditemui di rumahnya.
Guna mencukupi kebutuhan air bersih itu, dirinya bersama warga lain yang mengalami nasib sama, memanfaatkan air belik di desa lain yang ada di tepi sawah, untuk kebutuhan air bersih keluarga.
“Kami sudah hampir tiap hari mengambil air di belik, ya buat masak, mencuci atau bersih bersih perabotan rumah tangga. Adapun air yang untuk kebutuhan air minum, kami beli air mineral,” katanya.
Disampaikan, selama ini warga hanya mengandalkan air sumur untuk kebutuhan air bersih. Mereka tidak menikmati air PDAM, ataupun membuat sumur bor lantaran tak adanya biaya.
“Kalau bikin sumur bor mahal mas, kami tak ada biaya, kalau PDAM, kami kesulitan bayar langgananya, untuk kebutuhan sehari hari saja masih serba kecukupan,” jelasnya.
Kendati mengalami kesulitan, warga tidak melaporkan kesulitan itu ke pihak terkait, ataupun meminta bantuan air bersih kepada pemerintah, lantaran masih bisa menikmati air bersih yang mereka ambil dari belik. Meski demikian, mereka juga tidak akan menolak, jika ada bantuan air bersih yang datang dari pemerintah. (W5)
