BANYUURIP, Bupati Purworejo H Agus Bastian, SE, MM mengkritik sikap Bulog yang tidak fleksibel dalam menerima padi dari petani. Bulog selalu menerapkan persyaratan yang ketat, sehingga hasil panen petani banyak ditolak dengan alasan tidak memenuhi syarat.
“Pihak Bulog selalu mempersoalkan kadar air yang berlebih, sementara petani maunya hasil panen cepat dijual, ini yang harus dipikirkan “ucap bupati pada Panen Raya Serap Gabah Petani (Sergap) 2018, di Desa Sumbersari, Kecamatan Banyuurip, Rabu (14/3).
Panen Raya dan Sergap juga dihadiri Ketua DPRD Luhur Pambudi, ST, MM, Wakil Bupati Yuli Hastuti, SH, Kapolres AKBP Teguh Tri Prasetya SIK, Sekda Said Romadhon dan unsur Forkompinda lainnya.
Bupati juga minta Bulog tidak mempersulit petani sehingga petani tidak memilih menjual hasil panenya ke swasta yang dinilai tidak bertele-tele. Selain itu juga memberi harga bagus.
“Harga gabah kering panen di Bulog Rp 4.450, sementara di pasaran kisaran Rp 4.400 sampai Rp 4.600,”kata bupati.
Dalam kesempatan tersebut bupati berharap dalam musim panen kali ini harga gabah tidak anjlok. Sebab biasanya kalau musim panen seperti ini harga gabah anjlok.
Sementara itu, Eko Anang, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Purworejo menjelaskan, padi yang dipanen merupakan jenis Ciherang sebagai pengganti IR 64.
Dalam Musim Tanam I ini jumlah lahan sekitar 29.600 hektare dan sudah dipanen sekitar 9.000 hektare. Di Desa Sumbersari sendiri terdapat 153 hektare.
“Untuk jenis Ciherang perhektare mampu menghasilkan 8.000 ton dengan masa tanam 190 hari, “jelas Eko Anang. (W5)
Kenapa bulog sering tolak gabah petani?